Jamkrindo

Kabupaten Batang dan Maluku Utara Jadi Pusat Proyek Baterai Kendaraan Listrik Senilai Rp 142 Triliun

Oleh Ahmad Kurniawan pada 30 Dec 2020, 23:39 WIB

Cobisnis.com - Indonesia menggandeng Korea Selatan dalam proyek pengembangan baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS (Rp142 triliun). Proyek dimulai setelah ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) antara konsorsium BUMN dengan LG Energy Solution Ltd, anak perusahaan konglomerasi LG Group.

Penandatanganan MoU dilakukan oleh Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan 18 Desember 2020 dan disaksikan Menteri Perdagangan, Perindustrian dan Energi Korea Selatan, Sung Yun-mo.

MoU berisi tentang kerja sama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda.

"Total investasi ini 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp142 triliun. Ini angka yang cukup luar biasa, karena dalam catatan BKPM, belum pernah ada investasi pasca reformasi sebesar ini. Ini langkah yang menurut saya luar biasa karena di era pandemi hampir sedikit negara punya peluang seperti ini," kata Bahlil dalam konferensi pers daring, Rabu (30 Desember 2020).

Konsorsium BUMN yang terlibat dalam proyek pengembangan industri sel baterai untuk kendaraan listrik yaitu MIND ID (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk, PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero). Kesepakatan investasi tersebut merupakan tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Busan, November 2019.

Ada pun lokasi pabrik nantinya akan dibagi dua, di mana pembangunan smelter dan tambang akan ditempatkan di Maluku Utara, sementara produksi prekursor dan katoda serta sebagian baterai sel akan ditempatkan di Kawasan Industri Terpadu Batang, di Jawa Tengah.

Rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat akan segera memulai tahap produksi.

"Karena Batang ini kawasan industri strategis untuk dikembangkan. Di sana nanti terjadi perpaduan investor asing, BUMN, pengusaha nasional, pengusaha nasional di daerah dan UMKM," kata Bahlil dilansir Antara.

Tenaga Kerja Indonesia

Bahlil menambahkan pembangunan pabrik (groundbreaking) akan dimulai pada semester pertama 2021. Menyangkut tenaga kerja, Bahlil mengatakan semaksimal mungkin, sebanyak-banyaknya ada di Indonesia. Kecuali, pada level manajer, level teknisi yang memang belum ada di Indonesia

Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret sesuai target Presiden Jokowi untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045. Hilirisasi pertambangan adalah salah satu wujud transformasi tersebut.

Saat ini negara-negara di dunia telah mencanangkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan pengurangan emisi karbondioksida (CO2) dan pencanangan penerapan kendaraan listrik sebanyak 15-100 persen dari total kendaraan yang beredar.

Diperkirakan pada tahun 2040 terdapat 49 juta unit kendaraan listrik atau sekitar 50 persen dari total permintaan otomotif dunia. Selain itu, beberapa pabrikan mulai mengalihkan lini produksi kendaraan konvensionalnya menjadi kendaraan listrik, yaitu antara 20-50 persen dari total produksinya.

Target penerapan kendaraan listrik di dunia akan terus meningkat secara bertahap. Dalam rentang waktu 2020-2030, negara Asia akan mulai menerapkannya, antara lain Republik Rakyat Tiongkok (RRT) (8,75 juta unit kendaraan), Thailand (250 ribu unit kendaraan), Vietnam (100 ribu unit kendaraan), Malaysia (100 ribu unit kendaraan), serta India (55 ribu unit mobil listrik dan 1 juta unit motor listrik).

Target penerapan kendaraan listrik Indonesia pada tahun 2035 adalah 4 juta unit mobil listrik dan 10 juta unit motor listrik.

Tag Terkait