Jamkrindo

74% Depot Air Isi Ulang Tercemar E. Coli, Jiva Svastha Gelar Seminar Edukasi Kesehatan

Oleh Rahmat Herlambang pada 14 Mar 2025, 22:39 WIB

Bandung, Cobisnis.com- Yayasan Jiva Svastha Nusantara menggelar pengujian kualitas air minum di depot air minum isi ulang sebagai tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat Kota Bandung.

Hasil uji lab oleh Yayasan Jiva Svastha Nusantara yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Puskesmas menemukan 74% depot air minum di Kota Bandung Timur terkontaminasi bakteri berbahaya. Kondisi ini mengkhawatirkan mengingat mayoritas warga Kota Bandung menggunakan depot air untuk konsumsi sehari-hari. Kontaminasi bakteri

disinyalir berasal dari praktik pengolahan air di depot dan kebersihan wadah atau galon air minum. Menanggapi hasil temuan, ketua Yayasan Jiva Svastha Nusantara Felicia Annelinde menekankan pentingnya aspek kebersihan wadah atau galon bagi pengguna air isi ulang yang berpotensi menjadi sumber kontaminasi.

“Sangat penting untuk memastikan galon isi ulang higienis sebelum diisi. Galon yang tidak bersih bisa menyebabkan kontaminasi bakteri di dalam air minum sehingga bisa berdampak pada kesehatan masyarakat,” tegas Felicia.

Menggunakan galon yang higienis dan layak pakai dapat mengurangi secara signifikan risiko bakteri yang tertinggal di dinding galon secara signifikan. Keberadaan bakteri penyakit dalam

galon kotor dapat mencampuri air minum dan memicu penyakit berbahaya seperti diare, kolera dan difteri. Penyakit-penyakit tersebut bisa berujung fatal, mulai dari menyebabkan stunting

hingga kematian pada anak-anak. Menyadari pentingnya kebersihan galon terhadap kesehatan masyarakat pengguna air isi ulang, yayasan menyelenggarakan seminar edukasi tentang kebersihan air minum terhadap kesehatan masyarakat disertai program penukaran galon tanpa merek gratis di Piset Square, Selah Hall, Bandung.

Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya konsumsi air higienis, memilih depot air minum isi ulang yang mempraktikkan sanitasi & higienitas, serta pemilihan wadah

yang bersih seperti galon baru tanpa merek yang steril. “Galon tanpa merek dapat ditukarkan kembali dengan galon baru milik depot sehingga risiko kontaminasi berulang dari galon lama bisa diminimalkan. Program ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pengguna depot air minum isi ulang yang menggunakan galon bermerk sehingga mereka tidak bisa mendapatkan galon baru dari pihak depot,” kata Felicia.

Selain galon, aspek pengolahan air di depot isi ulang krusial untuk menghindari kontaminasi bakteri pada air minum. Pengolahan air minum di depot yang tidak layak dan tidak sesuai standar juga lebih berpotensi menyebarkan penyakit.

“Depot air berpotensi menjadi gerbang penyakit. Contohnya mengisi air di depot pengisian yang fasilitas dan lokasinya tidak sesuai standar kebersihan pemerintah yang telah ditetapkan

melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.2 Tahun 2023," jelas dr. Ardini Raksanagara, Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

dr. Ardini berpendapat bahwa sudah merupakan tanggung jawab pemilik depot untuk menjaga kualitas air tetap aman serta bebas kontaminasi agar tidak menyebabkan penyakit berbasis lingkungan yang berkorelasi dengan masalah stunting pada anak. Di sisi lain, ketua IAKMI Kota Bandung Nilla Avianty juga menghimbau masyarakat pengguna air isi ulang untuk lebih kritis terhadap depot yang tidak patuh regulasi.

“Masyarakat yang menggunakan air isi ulang perlu lebih kritis dalam memilih depot. Pastikan kebersihan dan keamanan depot terlebih dahulu, seperti selalu menanyakan hasil uji lab, kapan terakhir mengganti filter, dari mana sumber air baku berasal, hingga memastikan karyawan menjaga kebersihan diri,” Imbuhnya.

Sebagai yayasan yang berfokus di bidang kesehatan, Jiva Svastha Nusantara berkomitmen untuk terus mengawal masalah kualitas air minum dan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Didukung Dinas Kesehatan Kota Bandung dan sejumlah pihak terkait, Yayasan Jiva Svastha Nusantara akan terus berkoordinasi dan berkolaborasi melibatkan berbagai pihak, terutama pemerintah kota Bandung untuk merumuskan solusi partisipatif hingga regulasi yang tepat guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Indonesia.