JAKARTA, Cobisnis.com – Jepang emang gak main-main kalau soal teknologi transportasi. Pembangunan kereta cepat di Negeri Sakura, alias Shinkansen, ternyata butuh biaya fantastis bahkan bisa tembus sampai Rp1.200 triliun untuk satu proyeknya.
Rata-rata, biaya pembangunan kereta cepat di Jepang mencapai ¥7 miliar sampai ¥10 miliar per kilometer atau sekitar Rp700 miliar – Rp1 triliun per km. Angka ini termasuk pembangunan rel ganda, sistem kelistrikan, keamanan, dan teknologi presisi yang jadi ciri khas Jepang.
Tapi biaya segede itu bukan tanpa alasan. Jepang harus membangun jalur di medan yang sulit, dengan lebih dari 30 persen jalur berupa terowongan dan jembatan raksasa. Belum lagi, wilayahnya padat penduduk, bikin biaya pembebasan lahan ikut melonjak.
Salah satu contoh paling mahal adalah proyek Chūō Shinkansen (Tokyo–Nagoya). Jalur sepanjang 285 km itu menelan dana lebih dari ¥11 triliun atau sekitar Rp1.200 triliun, karena 80 persen rutenya lewat bawah tanah dan pakai teknologi levitasi magnetik (maglev).
Maglev sendiri bukan kereta biasa. Teknologi ini bikin kereta “melayang” di atas rel tanpa gesekan, jadi kecepatannya bisa tembus lebih dari 500 km per jam. Tapi, ya itu tadi, biaya konstruksinya gila-gilaan karena infrastruktur dan sistemnya super kompleks.
Sementara itu, jalur Tōkaidō Shinkansen (Tokyo–Osaka) yang dibangun tahun 1960-an menelan biaya sekitar ¥380 miliar saat itu, atau setara puluhan triliun rupiah kalau disesuaikan dengan inflasi sekarang. Jalur ini jadi tonggak awal revolusi transportasi Jepang.
Meski mahal, proyek kereta cepat ternyata jadi penggerak ekonomi besar di Jepang. Selain menyerap ribuan tenaga kerja, Shinkansen juga mendorong pertumbuhan bisnis di sekitar stasiun, dari hotel sampai pusat belanja.
Bahkan, kehadiran kereta cepat terbukti meningkatkan produktivitas antarwilayah dan mempercepat arus bisnis. Efeknya, ekonomi lokal ikut hidup dan nilai properti naik drastis di kota-kota yang terhubung.
Kalau dibandingin dengan proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung di Indonesia yang menelan biaya sekitar Rp113 triliun untuk 142 km, Jepang memang lebih mahal per kilometernya. Tapi di sisi lain, teknologi dan keamanan yang ditawarkan juga beda level.
Pada akhirnya, Shinkansen bukan cuma alat transportasi, tapi juga simbol efisiensi, disiplin, dan inovasi Jepang. Meskipun biayanya bikin kaget, hasilnya jelas: kereta cepat Jepang masih jadi salah satu yang terbaik dan paling aman di dunia.