JAKARTA, Cobisnis.com - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN Nixon LP Napitupulu memperkirakan sebanyak 120 juta warga Indonesia belum memiliki rumah atau tinggal di rumah yang tidak layak huni.
Awalnya, Nixon mengatakan, 10 juta keluarga di Indonesia belum memiliki rumah. Dia bilang angka tersebut menunjukkan tingginya angka backlog perumahan di Indonesia.
“Jumlah backlog kita masih banyak, 10 juta keluarga belum memiliki rumah di Indonesia,” ujar dalam RDP dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu, 13 November.
Sementara, sambung Nixon, sebanyak 24 juta kelurga sudah memiliki rumah tetapi belum layak huni.
Karena dibangun secara swadaya dan di bawah standar Kementerian Perumahan. Salah satunya adalah ukuran rumah minimal seluas 9 meter persegi.
“Ada 24 juta keluarga yang memiliki rumah, namun kita kategorikan tidak layak huni. Jadi persoalan PR-nya (pekerjaan rumah) masih banyak, kurang lebih 34 juta keluarga,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nixon bilang, jika satu keluarga dikalikan empat orang, maka jumlahnya warga yang tidak punya rumah atau yang tidak layak huni bisa mencapai ratusan juta.
“Kalau satu keluarga dikali empat orang, berarti masih ada 120 juta orang hidup tanpa rumah atau tidak layak huni,” katanya.
Di sisi lain, Nixon mengungkapkan ada fenomena menarik yang terjadi saat ini terkait realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Dia bilang, tren saat ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengambilan KPR yang didominasi perempuan.
“Dari sisi akad, hari ini juga menarik. Akan makin menaik semakin hari trennya, yang akan lebih banyak perempuan. Kalau kita lihat dulu dominan pria, hari ini perempuan sudah 32 persen,” jelasnya.
Di BTN sendiri, sambung Nixon, pengambilan KPR didominasi oleh kalangan milenial. Umumnya adalah pasangan-pasangan yang baru menikah.
“Realisasi KPR per usia majority millennials. Jadi yang beli rumah for some buyers adalah pasangan-pangan baru,” ucapnya.
Awalnya, Nixon mengatakan, 10 juta keluarga di Indonesia belum memiliki rumah. Dia bilang angka tersebut menunjukkan tingginya angka backlog perumahan di Indonesia.
“Jumlah backlog kita masih banyak, 10 juta keluarga belum memiliki rumah di Indonesia,” ujar dalam RDP dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu, 13 November.
Sementara, sambung Nixon, sebanyak 24 juta kelurga sudah memiliki rumah tetapi belum layak huni.
Karena dibangun secara swadaya dan di bawah standar Kementerian Perumahan. Salah satunya adalah ukuran rumah minimal seluas 9 meter persegi.
“Ada 24 juta keluarga yang memiliki rumah, namun kita kategorikan tidak layak huni. Jadi persoalan PR-nya (pekerjaan rumah) masih banyak, kurang lebih 34 juta keluarga,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nixon bilang, jika satu keluarga dikalikan empat orang, maka jumlahnya warga yang tidak punya rumah atau yang tidak layak huni bisa mencapai ratusan juta.
“Kalau satu keluarga dikali empat orang, berarti masih ada 120 juta orang hidup tanpa rumah atau tidak layak huni,” katanya.
Di sisi lain, Nixon mengungkapkan ada fenomena menarik yang terjadi saat ini terkait realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Dia bilang, tren saat ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengambilan KPR yang didominasi perempuan.
“Dari sisi akad, hari ini juga menarik. Akan makin menaik semakin hari trennya, yang akan lebih banyak perempuan. Kalau kita lihat dulu dominan pria, hari ini perempuan sudah 32 persen,” jelasnya.
Di BTN sendiri, sambung Nixon, pengambilan KPR didominasi oleh kalangan milenial. Umumnya adalah pasangan-pasangan yang baru menikah.
“Realisasi KPR per usia majority millennials. Jadi yang beli rumah for some buyers adalah pasangan-pangan baru,” ucapnya.