JAKARTA, Cobisnis.com - PT. Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mendukung penguatan sinergi pembiayaan hijau, untuk mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan yang menjadi salah satu asta cita pemerintah.
Hadir dalam kesempatan tersebut Destry Damayanti selaku Deputi Gubernur Senior BI, BSI dan anggota Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI).
Wakil Direktur Utama BSI Bob Tyasika Ananta menekankan, percepatan pembiayaan hijau dan inklusif menjadi pendukung bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan. Hal ini merupakan kebutuhan strategis untuk melindungi lingkungan hidup, memastikan pertumbuhan ekonomi yag merata, menjaga daya saing nasional, serta memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi krisis iklim global.
“Tanpa transformasi sistem keuangan menuju arah yang lebih hijau, berbagai upaya mitigasi dan adaptasi tidak akan memberikan hasil yang optimal. Berdasarkan data Bank Indonesia, potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim diperkirakan mencapai Rp100 triliun per tahun, dan dapat menurunkan PDB nasional hingga 40% pada tahun 2048 jika tidak ada langkah serius yang diambil,” katanya.
Hal tersebut ditegaskan Bob saat hadir dalam rangkaian kegiatan Karya Kreatif Indonesia (KKI) di JICC Senayan. KKI merupakan sebuah flagship event tahunan yang menjadi wadah strategis pengembangan UMKM nasional yang diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI).
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian KKI 2025 adalah Seminar Nasional Ekonomi Keuangan Hijau- Penguatan Sinergi Pembiayaan Hijau dalam Mendukung Transisi Ekonomi Berkelanjutan.
Bob lanjut menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Koperasi & UKM, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyumbang sekitar 60% PDB nasional, dan menyerap 97% tenaga kerja. Kendati demikian pelaku UMKM masih menghadapi tantangan besar dalam menghadapi transisi ekonomi hijau. Salah satunya minimnya akses terhadap pembiayaan yang terjangkau dan berkelanjutan.
Kondisi tersebut dapat membuat UMKM tertinggal dari perubahan struktur pasar yang kini semakin menekankan praktik bisnis ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berdasarkan kondisi tersebut BI bersama anggota IKBI termasuk didalamnya BSI, berkomitmen memperkuat ekosistem pembiayaan hijau dan inklusif melalui bauran kebijakan yang tepat, sinergi lintas sektor, serta penyebaran pengetahuan yang luas.
“Oleh karena itu, BSI sangat mendukung penguatan sinergi pembiayaan hijau untuk mendorong transisi ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Dalam implementasinya, BSI terus memperkuat penerapan ESG (environmental, social, and governance) dalam bisnis serta operasional bank. BSI juga mendorong pembiayaan hijau sebagai pilar strategis untuk mewujudkan transisi ekonomi berkelanjutan,” kata Bob menekankan.
Bob lanjut menjelaskan, BSI pun telah menetapkan visi keberlanjutannya untuk menjadi The Best Global Bank Based on Implementation of Sustainable Finance. Oleh karena itu, perseroan selalu siap memberikan akses terhadap layanan keuangan berkelanjutan melalui produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan para nasabahnya.
Dari segi bisnis, hingga triwulan I/2025, BSI telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp72,6 triliun atau 25,29% dari total portofolio pembiayaan. Rincian pembiayaan berkelanjutan tersebut terdiri dari green financing sebesar Rp14,6 triliun dan social financing sebesar Rp58 triliun. Bob merinci bahwa dalam pembiayaan hijau tersebut terdapat sektor prioritas yang meliputi energi terbarukan, transportasi bersih, pengelolaan air dan limbah berkelanjutan, serta produk ramah lingkungan.
Bob juga menyebut upaya yang dilakukan Perseroan dalam memperbesar porsi pembiayaan hijau. Di mana BSI pada tahun ini telah menerbitkan Sustainability Sukuk tahap II senilai Rp5 triliun. Penerbitan Sustainability Sukuk tahap II ini merupakan komitmen perusahaan dalam implementasi keuangan berkelanjutan terutama sektor UMKM dan pembiayaan hijau.
Sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan terhadap pemberdayaan UMKM, hingga Maret 2025 perseroan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp52,5 triliun. Meningkat 12,63% dibandingkan tahun sebelumnya. Total Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) tercatat sebesar Rp98,15 triliun atau 34,27%.
“Selain itu, BSI turut mengembangkan UMKM Center di berbagai provinsi, mengembangkan kapabilitas UMKM melalui berbagai pelatihan, hingga penyediaan platform digital seperti Salam Digital dan Portal Go UMKM untuk mendukung pembiayaan dan promosi usaha UMKM,” tutupnya.
Hadir dalam kesempatan tersebut Destry Damayanti selaku Deputi Gubernur Senior BI, BSI dan anggota Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI).
Wakil Direktur Utama BSI Bob Tyasika Ananta menekankan, percepatan pembiayaan hijau dan inklusif menjadi pendukung bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan. Hal ini merupakan kebutuhan strategis untuk melindungi lingkungan hidup, memastikan pertumbuhan ekonomi yag merata, menjaga daya saing nasional, serta memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi krisis iklim global.
“Tanpa transformasi sistem keuangan menuju arah yang lebih hijau, berbagai upaya mitigasi dan adaptasi tidak akan memberikan hasil yang optimal. Berdasarkan data Bank Indonesia, potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim diperkirakan mencapai Rp100 triliun per tahun, dan dapat menurunkan PDB nasional hingga 40% pada tahun 2048 jika tidak ada langkah serius yang diambil,” katanya.
Hal tersebut ditegaskan Bob saat hadir dalam rangkaian kegiatan Karya Kreatif Indonesia (KKI) di JICC Senayan. KKI merupakan sebuah flagship event tahunan yang menjadi wadah strategis pengembangan UMKM nasional yang diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI).
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian KKI 2025 adalah Seminar Nasional Ekonomi Keuangan Hijau- Penguatan Sinergi Pembiayaan Hijau dalam Mendukung Transisi Ekonomi Berkelanjutan.
Bob lanjut menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Koperasi & UKM, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyumbang sekitar 60% PDB nasional, dan menyerap 97% tenaga kerja. Kendati demikian pelaku UMKM masih menghadapi tantangan besar dalam menghadapi transisi ekonomi hijau. Salah satunya minimnya akses terhadap pembiayaan yang terjangkau dan berkelanjutan.
Kondisi tersebut dapat membuat UMKM tertinggal dari perubahan struktur pasar yang kini semakin menekankan praktik bisnis ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berdasarkan kondisi tersebut BI bersama anggota IKBI termasuk didalamnya BSI, berkomitmen memperkuat ekosistem pembiayaan hijau dan inklusif melalui bauran kebijakan yang tepat, sinergi lintas sektor, serta penyebaran pengetahuan yang luas.
“Oleh karena itu, BSI sangat mendukung penguatan sinergi pembiayaan hijau untuk mendorong transisi ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Dalam implementasinya, BSI terus memperkuat penerapan ESG (environmental, social, and governance) dalam bisnis serta operasional bank. BSI juga mendorong pembiayaan hijau sebagai pilar strategis untuk mewujudkan transisi ekonomi berkelanjutan,” kata Bob menekankan.
Bob lanjut menjelaskan, BSI pun telah menetapkan visi keberlanjutannya untuk menjadi The Best Global Bank Based on Implementation of Sustainable Finance. Oleh karena itu, perseroan selalu siap memberikan akses terhadap layanan keuangan berkelanjutan melalui produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan para nasabahnya.
Dari segi bisnis, hingga triwulan I/2025, BSI telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp72,6 triliun atau 25,29% dari total portofolio pembiayaan. Rincian pembiayaan berkelanjutan tersebut terdiri dari green financing sebesar Rp14,6 triliun dan social financing sebesar Rp58 triliun. Bob merinci bahwa dalam pembiayaan hijau tersebut terdapat sektor prioritas yang meliputi energi terbarukan, transportasi bersih, pengelolaan air dan limbah berkelanjutan, serta produk ramah lingkungan.
Bob juga menyebut upaya yang dilakukan Perseroan dalam memperbesar porsi pembiayaan hijau. Di mana BSI pada tahun ini telah menerbitkan Sustainability Sukuk tahap II senilai Rp5 triliun. Penerbitan Sustainability Sukuk tahap II ini merupakan komitmen perusahaan dalam implementasi keuangan berkelanjutan terutama sektor UMKM dan pembiayaan hijau.
Sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan terhadap pemberdayaan UMKM, hingga Maret 2025 perseroan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp52,5 triliun. Meningkat 12,63% dibandingkan tahun sebelumnya. Total Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) tercatat sebesar Rp98,15 triliun atau 34,27%.
“Selain itu, BSI turut mengembangkan UMKM Center di berbagai provinsi, mengembangkan kapabilitas UMKM melalui berbagai pelatihan, hingga penyediaan platform digital seperti Salam Digital dan Portal Go UMKM untuk mendukung pembiayaan dan promosi usaha UMKM,” tutupnya.