Jamkrindo

Dorongan Efisiensi Logistik Meningkat, JTCC Diminta Lebih Terintegrasi dan Terjangkau

Oleh Desti Dwi Natasya pada 04 Sep 2025, 21:27 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Dorongan untuk memperkuat integrasi koridor logistik semakin menguat seiring kebutuhan akses distribusi barang yang lebih cepat, efisien, dan terjangkau. Jalan Tol Cibitung–Cilincing (JTCC) kini menjadi perhatian karena fungsinya sebagai jalur strategis yang langsung menghubungkan kawasan industri di timur Jakarta dengan Pelabuhan Tanjung Priok. Kehadiran JTCC diharapkan mampu memperlancar arus logistik sekaligus mengurangi beban lalu lintas di jalur lain.

Namun, urgensi tersebut makin terasa dengan masih tingginya kemacetan di ruas tol utama Jakarta, terutama di jalur TB Simatupang–Tanjung Priok dan jalan arteri sekitarnya. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengungkapkan bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor terus menambah kepadatan lalu lintas. “Setiap hari ada sekitar 2.500–3.000 unit kendaraan baru di Jakarta. Belum lagi perbedaan tarif cukup besar antara JORR 1 dan JORR 2, membuat banyak pengendara enggan memilih JORR 2 yang lebih mahal. Akibatnya, arus kendaraan menumpuk di JORR 1 dan jalur pendukungnya,” jelas Syafrin.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto, menilai JTCC sebetulnya berpotensi memangkas waktu tempuh ke Pelabuhan Tanjung Priok karena diperuntukkan bagi kendaraan logistik. Namun, tingginya tarif dinilai menjadi penghalang. “Banyak perusahaan logistik lebih memilih jalur yang lebih padat tapi murah, ketimbang JTCC. Inilah yang membuat efektivitas tol ini belum maksimal,” kata Mahendra. Ia menambahkan, jika JTCC dapat dioptimalkan, biaya logistik bisa ditekan karena berkurangnya kemacetan yang selama ini menambah beban bahan bakar dan ongkos distribusi.

Senada, Kompol Sandy Titah Nugraha, S.I.K., Kepala Induk Turangga 05 Korlantas Polri Induk PJR Cikampek, menilai integrasi JTCC dengan jaringan tol lainnya seperti Japek penting untuk pemerataan arus logistik. “Integrasi ini bisa mengurai kepadatan di titik rawan macet seperti Simpang Susun Cikunir. Dampaknya akan terasa, bukan hanya bagi pelaku logistik, tapi juga pengguna jalan umum,” ujarnya. Meski demikian, ia juga menyoroti masih adanya hambatan di aspek tarif bagi kendaraan berat.

Kebutuhan integrasi koridor logistik ini juga disambut pemerintah. Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, menyatakan pihaknya tengah meninjau tarif JTCC yang dinilai memberatkan. “Jika tol sepi tapi jalur arteri tetap macet, kemungkinan besar masalahnya ada di tarif. Infrastruktur baru tidak akan optimal bila tidak mampu menarik arus logistik berpindah. Karena itu, diperlukan penyesuaian agar distribusi barang lebih efisien baik dari sisi waktu maupun biaya,” ujarnya.