JAKARTA, Cobisnis.com – Fast fashion menjadi tren global yang memudahkan konsumen membeli pakaian murah dengan cepat. Namun di balik kemudahan itu, banyak dampak negatif yang muncul baik bagi lingkungan, sosial, maupun ekonomi.
Dari sisi lingkungan, industri fast fashion menghasilkan limbah tekstil besar-besaran. Banyak pabrik membuang bahan kimia ke sungai dan tanah, merusak ekosistem dan kualitas air. Selain itu, produksi massal menimbulkan emisi karbon tinggi, terutama dari energi pabrik dan transportasi internasional.
Budaya membeli banyak pakaian murah tapi cepat dibuang juga menambah masalah. Sampah tekstil menumpuk, dan model baru yang dirilis tiap minggu membuat produksi menjadi berlebihan dan tidak ramah lingkungan.
Dampak sosial juga signifikan. Banyak pabrik fast fashion berlokasi di negara berkembang, dengan pekerja menghadapi upah rendah, jam kerja panjang, dan kondisi kerja berisiko. Dalam beberapa kasus, pekerja anak juga masih ditemui.
Eksploitasi pekerja menjadi perhatian utama. Tekanan untuk memenuhi target produksi tinggi membuat pekerja sering mengalami stres, kelelahan, dan risiko cedera. Transparansi proses produksi juga minim, sehingga konsumen jarang tahu kondisi kerja yang sebenarnya.
Dari sisi ekonomi, fast fashion mendorong budaya konsumtif. Pakaian murah dan cepat rusak membuat konsumen terus membeli, sementara bisnis lokal dan desainer kecil sulit bersaing dengan harga rendah dan produksi masal.
Selain itu, kualitas rendah membuat nilai ekonomi jangka panjang pakaian menjadi rendah. Konsumen merasa untung saat membeli murah, tapi sebenarnya biaya lingkungan dan sosial tidak terlihat langsung.
Dampak budaya juga terasa. Konsumen terbiasa ingin selalu update dengan tren terbaru, sehingga menghargai kualitas dan keberlanjutan menjadi rendah. Tekanan sosial untuk tampil modis meningkatkan konsumsi berlebihan.
Beberapa lembaga menyarankan alternatif seperti slow fashion, pakaian second-hand, atau membeli produk dengan label keberlanjutan. Langkah ini membantu mengurangi limbah, mengurangi eksploitasi pekerja, dan meningkatkan kesadaran konsumen terhadap kualitas.
Fast fashion memang praktis dan murah, tapi biaya tersembunyi dari kerusakan lingkungan, eksploitasi pekerja, dan budaya konsumtif menjadi tantangan besar. Kesadaran konsumen menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatifnya.