JAKARTA, Cobisnis.com - Ekonom Indef Didik J Rachbini mengemukakan pandangannya terkait dengan koperasi merah putih.
Menurut dia, koperasi transportasi digital lebih baik dibanding dengan koperasi merah putih.
Merujuk pada keberhasilan Gojek sebagai bisnis digital yang besar, Didik menilai, dibalik kesuksesannya ternyata model bisnis Gojek tersebut hanya menguntungkan perusahaan dan meninggalkan nasib dan masa depan pengmudi sebagai stakeholders utamanya.
Menurut Didik, model bisnis yang dijalankan Gojek saat ini, pengemudi akan selamanya miskin dan tidak akan pernah bergerak naik kelas vertikal ke atas.
“Dalam ideologi pemerintahan sekarang, yang menjalankan sistem sosialisme pasar, Gojek akan lebih baik dibangun dan ditransformasikan menjadi koperasi. Para driver tersebut nanti menjadi pemilik entitas bisnisnya, yakni koperasi. Platform dan aplikasinya dijalankan oleh pengurus koperasi,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 10 Juni.
Selain itu, Didik menilai pemerintah melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) juga bisa transportasi digital dengan bisnis model koperasi. Nantinya, akan dimiliki oleh ratusan ribu atau jutaan pengemudi motor dan mobil.
Contoh nyata gagasan tersebut, sambung Didik, adalah co-op Ride, platform ride-sharing berbasis koperasi. Koperasi transportasi digital ini berada di New York City, Amerika Serikat.
Dia menjelaskan perusahaan tersebut dimiliki dan dikelola oleh para pengemudi, bukan perusahaan besar teknologi digital seperti Uber dan Lyft.
“Ini lebih sesuai dengan ideologi pemerintah pada saat ini,” ucapnya.
Koperasi Transporasi Digital Jauh Lebih Layak
Menurut Didik, gagasan koperasi transportasi digital ini jauh lebih layak diterapkan dibandingkan dengan ide koperasi merah putih yang saat ini dijalankan pemerintah.
“Dibandingkan dengan ide koperasi merah putih, gagasan transformasi digital seperti jauh lebih layak,” tuturnya.
Meski begitu, Didik tak menampik bahwa kehadiran koperasi merah putih tetap penting untuk memajukan pedesaan.
“Tetapi koperasi transportasi digital ini akan lebih feasible secara ekonomi dan bisnis karena masyarakat perkotaan juga lebih banyak jumlahnya dibandingkan masyarakat pedesaan sekarang,” jelasnya.
Didik bilang, gagasannya ini berangkat dari makin banyaknya penduduk perkotaan.
Pada tahun 2025, jumlah penduduk Indonesia sudah tinggal di kota mencapai 59 persen. Ini berarti, sebanyak 167 juta penduduk Indonesia tinggal di kota.
“Kecenderungan peningkatan penduduk perkotaan akan semakin besar dengan peningkatan pertumbuhan urbanisasi yang cukup pesat. Bahkan pada tahun 2045, perkitaan penduduk wilayah perkotaan dapat mencapai 70 persen,” ucapnya.
Menurut dia, koperasi transportasi digital lebih baik dibanding dengan koperasi merah putih.
Merujuk pada keberhasilan Gojek sebagai bisnis digital yang besar, Didik menilai, dibalik kesuksesannya ternyata model bisnis Gojek tersebut hanya menguntungkan perusahaan dan meninggalkan nasib dan masa depan pengmudi sebagai stakeholders utamanya.
Menurut Didik, model bisnis yang dijalankan Gojek saat ini, pengemudi akan selamanya miskin dan tidak akan pernah bergerak naik kelas vertikal ke atas.
“Dalam ideologi pemerintahan sekarang, yang menjalankan sistem sosialisme pasar, Gojek akan lebih baik dibangun dan ditransformasikan menjadi koperasi. Para driver tersebut nanti menjadi pemilik entitas bisnisnya, yakni koperasi. Platform dan aplikasinya dijalankan oleh pengurus koperasi,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 10 Juni.
Selain itu, Didik menilai pemerintah melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) juga bisa transportasi digital dengan bisnis model koperasi. Nantinya, akan dimiliki oleh ratusan ribu atau jutaan pengemudi motor dan mobil.
Contoh nyata gagasan tersebut, sambung Didik, adalah co-op Ride, platform ride-sharing berbasis koperasi. Koperasi transportasi digital ini berada di New York City, Amerika Serikat.
Dia menjelaskan perusahaan tersebut dimiliki dan dikelola oleh para pengemudi, bukan perusahaan besar teknologi digital seperti Uber dan Lyft.
“Ini lebih sesuai dengan ideologi pemerintah pada saat ini,” ucapnya.
Koperasi Transporasi Digital Jauh Lebih Layak
Menurut Didik, gagasan koperasi transportasi digital ini jauh lebih layak diterapkan dibandingkan dengan ide koperasi merah putih yang saat ini dijalankan pemerintah.
“Dibandingkan dengan ide koperasi merah putih, gagasan transformasi digital seperti jauh lebih layak,” tuturnya.
Meski begitu, Didik tak menampik bahwa kehadiran koperasi merah putih tetap penting untuk memajukan pedesaan.
“Tetapi koperasi transportasi digital ini akan lebih feasible secara ekonomi dan bisnis karena masyarakat perkotaan juga lebih banyak jumlahnya dibandingkan masyarakat pedesaan sekarang,” jelasnya.
Didik bilang, gagasannya ini berangkat dari makin banyaknya penduduk perkotaan.
Pada tahun 2025, jumlah penduduk Indonesia sudah tinggal di kota mencapai 59 persen. Ini berarti, sebanyak 167 juta penduduk Indonesia tinggal di kota.
“Kecenderungan peningkatan penduduk perkotaan akan semakin besar dengan peningkatan pertumbuhan urbanisasi yang cukup pesat. Bahkan pada tahun 2045, perkitaan penduduk wilayah perkotaan dapat mencapai 70 persen,” ucapnya.