JAKARTA, Cobisnis.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi salah satu penyebab deflasi. Lantaran, harga BBM non-subsidi turun pada September 2024.
Untuk diketahui, pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan atau month to month (mom) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2024 sebesar 0,03 persen.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan deflasi pada September 2024 lebih dalam jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2024.
"Terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024," ucapnya dalam Konferensi Pers di Jakarta, Selasa, 1 Oktober.
Amalia menyampaikan terjadi penyesuaian harga BBM pada september 2024. Dimana BBM yang mengalami penurunan harga adalah bahan bakar khusus non subsidi, dimana harga bensin sebesar 0,72 persen dan solar 0,74 persen.
"Kami mencatat komuditas bensin dan solar mengalami deflasi pada september 2024 dan tingkat deflasinya masing-masing adalah sebesar 0,72 persen dan 0,74 persen," ujarnya.
Amalia menyampaikan penurunan harga bensin menyumbang deflasi dengan andil deflasi 0,04 persen, dan tingat deflasi bensin pada september 2024 relatif yang terdalam jika dibandingkan sejak desember 2023.
Selain itu, Amalia menyampaikan secara historis deflasi pada September 2024 merupakan yang terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam 5 tahun terakhir. Dengan tingkat andil sebesar 0,12 persen.
Menurut Amalia deflasi selama 5 bulan terakhir disumbangkan oleh penurunan harga daging ayam ras.
"Dalam 5 bulan terakhir komoditas daging ayam ras masuk dalam 5 besar komoditas utama yang menyumbang andil deflasi dengan tingkat deflasi dan andil deflasi september 2024 sebesar 1,18 persen dan 0,02 persen," ujarnya.
Amalia menyampaikan deflasi dalam 5 bulan terakhir terlihat secara umum disumbangkan oleh penurunan harga komoditas bergejolak.
Adapun kelompok makanan, minuman dan tembakau dan menjadi penyumbang utama deflasi pada September 2024 bahkan deflasi pada kelompok ini sudah terjadi selama 6 bulan berturut-turut sejak april 2024.
"Tingkat deflasi September 2024, kelompok makanan-minuman dan tembakau merupakan deflasi September yang terdalam sepanjang 2020-2024 dengan tingkat deflasi sebesar 0,59 persen dan andil deflasi 0,17 persen," ungkapnya.
Sementara, secara tahunan atau year on year (yoy) terjadi inflasi pada September 2024 sebesar 1,84 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan September 2023 sebesar 2,28 persen.
Untuk diketahui, pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan atau month to month (mom) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2024 sebesar 0,03 persen.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan deflasi pada September 2024 lebih dalam jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2024.
"Terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024," ucapnya dalam Konferensi Pers di Jakarta, Selasa, 1 Oktober.
Amalia menyampaikan terjadi penyesuaian harga BBM pada september 2024. Dimana BBM yang mengalami penurunan harga adalah bahan bakar khusus non subsidi, dimana harga bensin sebesar 0,72 persen dan solar 0,74 persen.
"Kami mencatat komuditas bensin dan solar mengalami deflasi pada september 2024 dan tingkat deflasinya masing-masing adalah sebesar 0,72 persen dan 0,74 persen," ujarnya.
Amalia menyampaikan penurunan harga bensin menyumbang deflasi dengan andil deflasi 0,04 persen, dan tingat deflasi bensin pada september 2024 relatif yang terdalam jika dibandingkan sejak desember 2023.
Selain itu, Amalia menyampaikan secara historis deflasi pada September 2024 merupakan yang terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam 5 tahun terakhir. Dengan tingkat andil sebesar 0,12 persen.
Menurut Amalia deflasi selama 5 bulan terakhir disumbangkan oleh penurunan harga daging ayam ras.
"Dalam 5 bulan terakhir komoditas daging ayam ras masuk dalam 5 besar komoditas utama yang menyumbang andil deflasi dengan tingkat deflasi dan andil deflasi september 2024 sebesar 1,18 persen dan 0,02 persen," ujarnya.
Amalia menyampaikan deflasi dalam 5 bulan terakhir terlihat secara umum disumbangkan oleh penurunan harga komoditas bergejolak.
Adapun kelompok makanan, minuman dan tembakau dan menjadi penyumbang utama deflasi pada September 2024 bahkan deflasi pada kelompok ini sudah terjadi selama 6 bulan berturut-turut sejak april 2024.
"Tingkat deflasi September 2024, kelompok makanan-minuman dan tembakau merupakan deflasi September yang terdalam sepanjang 2020-2024 dengan tingkat deflasi sebesar 0,59 persen dan andil deflasi 0,17 persen," ungkapnya.
Sementara, secara tahunan atau year on year (yoy) terjadi inflasi pada September 2024 sebesar 1,84 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan September 2023 sebesar 2,28 persen.