Jamkrindo

Marvel Rata-rata Bakar Rp 5 Triliun untuk Produksi Film

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 05 Nov 2025, 05:33 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Dunia perfilman Hollywood memang terkenal mahal, tapi Marvel Studios bisa dibilang rajanya dalam urusan biaya produksi. Sekali bikin film, anggaran yang keluar bisa bikin kepala pusing bahkan menyaingi proyek infrastruktur di dunia nyata.

Sejak sukses lewat Iron Man pada 2008, Marvel terus meningkatkan skala produksinya. Kalau dulu modal filmnya “cuma” sekitar US$140 juta atau setara Rp2,2 triliun, sekarang rata-rata bisa tembus di atas Rp5 triliun. Itu belum termasuk biaya promosi dan distribusi global yang nilainya bisa dua kali lipat.

Film Avengers: Endgame misalnya, disebut-sebut jadi film termahal yang pernah dibuat. Produksinya mencapai US$400 juta atau sekitar Rp6,4 triliun, dan kalau digabung dengan promosi, totalnya mendekati US$800 juta alias Rp12,8 triliun. Angka itu sudah sekelas proyek MRT satu kota besar.

Tapi mahalnya produksi itu sebanding dengan hasilnya. Endgame berhasil meraup lebih dari US$2,8 miliar di box office dunia dan jadi film terlaris sepanjang masa. Marvel tahu betul bahwa investasi besar dalam efek visual dan aktor papan atas bisa berbuah keuntungan raksasa.

Film Avengers: Infinity War juga tak kalah heboh dengan biaya sekitar US$325 juta. Pendapatannya mencapai US$2 miliar lebih. Sementara Age of Ultron menelan biaya US$365 juta dengan pemasukan US$1,4 miliar. Semua angka itu menunjukkan: makin besar modal, makin tinggi potensi untung.

Gaji aktor juga jadi faktor mahalnya film Marvel. Robert Downey Jr. misalnya, dikabarkan mendapat bayaran lebih dari US$50 juta hanya untuk satu film Endgame. Belum termasuk bonus dari pendapatan film yang sukses di bioskop.

Selain itu, Marvel terkenal boros di efek visual (VFX). Hampir semua filmnya melibatkan ratusan artis CGI dari berbagai negara. Adegan perang besar seperti di Wakanda atau multiverse di Doctor Strange 2 butuh waktu render berbulan-bulan dan biaya jutaan dolar.

Namun, di balik angka fantastis itu, Marvel tetap jadi mesin uang bagi Disney. Dari 10 film dengan pendapatan terbesar di dunia, lima di antaranya adalah produksi Marvel. Artinya, meski mahal di depan, keuntungannya jauh lebih besar di belakang.

Tren ini juga menunjukkan arah baru industri film global: semakin bergantung pada efek digital dan franchise besar untuk menjamin keuntungan. Film kecil makin sulit bersaing karena modal promosi dan teknologinya kalah jauh.

Bagi Marvel, mahalnya produksi justru jadi bagian dari strategi. Mereka menjual bukan cuma cerita, tapi juga pengalaman visual dan emosi yang bikin penonton rela nonton berkali-kali. Dan sejauh ini, strategi itu terbukti sukses besar.