JAKARTA, Cobisnis.com – Menara Eiffel di Paris mungkin terlihat megah dan tak ternilai harganya hari ini, tapi siapa sangka biaya pembangunannya dulu jauh lebih kecil dari yang dibayangkan orang modern. Proyek ikonik itu menelan dana sekitar 7,8 juta franc Prancis atau setara Rp100 miliar jika dikonversi dengan nilai sekarang.
Dibangun antara tahun 1887 hingga 1889, menara setinggi 330 meter itu dirancang oleh insinyur terkenal Gustave Eiffel. Pembangunan dilakukan untuk Pameran Dunia (World’s Fair) yang digelar di Paris, sekaligus menandai peringatan 100 tahun Revolusi Prancis.
Pada masa itu, biaya tersebut tergolong besar, terutama karena sebagian besar struktur dibuat dari baja tempa. Namun, dibandingkan proyek modern seperti gedung pencakar langit atau jembatan besar, jumlahnya sebenarnya tergolong efisien.
Eiffel berhasil menekan biaya dengan sistem desain modular dan efisiensi tenaga kerja. Sekitar 250 pekerja terlibat langsung di lokasi konstruksi, dibantu ribuan teknisi dan pembuat komponen di pabrik baja.
Meski awalnya menuai kritik keras dari seniman dan warga Paris, menara ini justru menjadi simbol kemajuan teknologi dan kreativitas manusia di era industri. Dalam waktu singkat, Menara Eiffel berubah dari proyek kontroversial menjadi ikon nasional Prancis.
Menariknya, biaya besar itu tidak sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Gustave Eiffel menggunakan dana pribadi untuk hampir 80 persen pembiayaan proyek, dan baru balik modal setelah beberapa tahun dari hasil tiket pengunjung.
Kini, Menara Eiffel menjadi salah satu destinasi paling populer di dunia, dikunjungi lebih dari 6 juta wisatawan setiap tahun. Nilai ekonominya pun melonjak jauh, menyumbang ratusan juta euro bagi sektor pariwisata Paris.
Selain menjadi simbol kebanggaan, menara ini juga bukti bahwa investasi besar di bidang infrastruktur budaya bisa menghasilkan dampak ekonomi jangka panjang. Dari proyek ambisius abad ke-19, kini Eiffel berdiri tegak sebagai aset budaya bernilai global.
Banyak pengamat menilai bahwa keberhasilan Menara Eiffel seharusnya jadi inspirasi bagi negara lain, termasuk Indonesia, untuk berani berinvestasi dalam proyek arsitektur ikonik yang membawa dampak ekonomi dan pariwisata.
Lebih dari sekadar besi dan paku, Menara Eiffel adalah cermin dari visi jangka panjang dan keberanian berpikir besar di zamannya. Sebuah pelajaran penting: kadang proyek yang tampak “mahal” justru menghasilkan nilai abadi.