Jamkrindo

Mengungkap Fakta Pneumonia Misterius yang Mewabah di China

Oleh Saeful Imam pada 04 Dec 2023, 07:00 WIB

wabah pneumonia di Cina

JAKARTA, Cobisnis.com - Wabah pneumonia misterius yang telah menjangkiti banyak anak-anak di China baru-baru ini telah menimbulkan kecemasan yang serius di tengah masyarakat. Fenomena ini telah membuat sejumlah rumah sakit di negara tersebut kesulitan menangani lonjakan kasus anak-anak yang terkena pneumonia misterius ini.

Sebagai contoh, Rumah Sakit Anak Beijing dilaporkan menerima hingga 9.378 pasien setiap harinya, dan sudah mencapai kapasitas penuh selama dua bulan terakhir. Meskipun demikian, penyebab pasti dari pneumonia misterius ini di Tiongkok masih belum dapat dipastikan.

Para ahli berpendapat bahwa masih terlalu dini untuk menetapkan penyebab pasti dari lonjakan kasus pneumonia anak yang tidak dapat diidentifikasi di Beijing dan Liaoning, Tiongkok utara. Mereka meyakini bahwa penyakit ini mungkin disebabkan oleh lebih dari satu patogen, termasuk RSV, flu, atau bakteri.

Profesor Paul Hunter dari Universitas East Anglia mengungkapkan bahwa informasi yang ada saat ini masih terbatas untuk membuat diagnosis pasti tentang epidemi ini di Tiongkok. Dia menyatakan, "Mungkin juga ada lebih dari satu penyebab infeksi dari epidemi saat ini."

Sementara itu, Profesor Francois Balloux dari University College London berpendapat bahwa lonjakan kasus ini kemungkinan disebabkan oleh patogen pernapasan yang berbeda seperti RSV atau flu. Namun, ia juga menyebut kemungkinan besar bahwa sebagian besar kasus dapat disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae, yang umumnya tidak berbahaya.

Tiongkok telah menerapkan pembatasan COVID-19 yang sangat ketat selama pandemi ini, bahkan lebih lama dibandingkan negara-negara lain. Kebijakan ini telah mengakibatkan rendahnya kekebalan banyak anak terhadap penyakit musiman, meningkatkan risiko mereka mengalami gejala yang parah.

Profesor Hunter menjelaskan bahwa tahun sebelumnya, Tiongkok menerapkan strategi nol COVID dan ini menjadi musim dingin pertama tanpa pembatasan, sehingga membuat masyarakat lebih rentan terhadap penyakit. Namun, meskipun terjadi lonjakan kasus, beberapa ahli percaya bahwa hal ini tidak akan menjadi pandemi yang membutuhkan perhatian internasional.

Profesor Hunter menambahkan, "Menurut saya, hal ini tidak akan mengarah pada keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Tetapi saya tidak akan sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan itu sampai kita mendapatkan diagnosis yang pasti."