JAKARTA, Cobisnis.com - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, saat ini tim perunding Indonesia tengah berada di Amerika Serikat (AS) untuk menyampaikan sikap resmi Indonesia soal kesepakatan tarif resiprokal.
Meski demikian, Airlangga belum dapat menyebutkan besaran tarif yang disepakati karena angka tersebut masih bisa berubah sewaktu-waktu.
"Kesepakatan tarif sudah ada pembicaraan nanti kita tunggu aja perkembangannya karena ini day to day-nya berubah terus,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis, 3 Juli.
Untuk diketahui, Indonesia mendapatkan tarif resiprokal dari AS sebesar 32 persen untuk produk-produk yang diekspor ke AS.
Airlangga menambahkan bahwa tim negosiasi Indonesia sedang berada di Washington bersama dengan negara lainnya yang tengah melakukan negosiasi, seperti India, Jepang, Uni Eropa, Vietnam, dan Malaysia.
"Jadi dengan demikian menunjukkan Indonesia sangat serius untuk merespons tarif ini dan Indonesia sudah secara tertulis pun sudah memasukkan dan sudah dibahas baik itu dengan USTR, dengan Secretary of Commerce maupun Secretary of Treasury," tambahnya.
Menjelang tenggat waktu negosiasi pada 9 Juli 2025, Airlangga menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan mitra dagang di Amerika Serikat pada 7 Juli 2025.
Airlangga menyampaikan penandatanganan ini merupakan bentuk keseriusan Pemerintah bersama para pelaku usaha, baik dari BUMN maupun sektor swasta, sebagai bagian dari sinergi nasional dalam memperkuat hubungan dagang bilateral.
Menurutnya, perjanjian ini bertujuan untuk menunjukkan komitmen Indonesia dalam meningkatkan pembelian barang dari AS guna menyeimbangkan surplus neraca perdagangan barang antara kedua negara
“Dengan demikian menunjukkan bahwa Indonesia incorporated. Jadi antara pemerintah, regulator dan pihak pengusaha BUMN dan swasta ini bersama-sama untuk merespons terkait dengan adanya pengenaan tarif resiprokal,” jelasnya.
Meski demikian, Airlangga belum dapat menyebutkan besaran tarif yang disepakati karena angka tersebut masih bisa berubah sewaktu-waktu.
"Kesepakatan tarif sudah ada pembicaraan nanti kita tunggu aja perkembangannya karena ini day to day-nya berubah terus,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis, 3 Juli.
Untuk diketahui, Indonesia mendapatkan tarif resiprokal dari AS sebesar 32 persen untuk produk-produk yang diekspor ke AS.
Airlangga menambahkan bahwa tim negosiasi Indonesia sedang berada di Washington bersama dengan negara lainnya yang tengah melakukan negosiasi, seperti India, Jepang, Uni Eropa, Vietnam, dan Malaysia.
"Jadi dengan demikian menunjukkan Indonesia sangat serius untuk merespons tarif ini dan Indonesia sudah secara tertulis pun sudah memasukkan dan sudah dibahas baik itu dengan USTR, dengan Secretary of Commerce maupun Secretary of Treasury," tambahnya.
Menjelang tenggat waktu negosiasi pada 9 Juli 2025, Airlangga menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan mitra dagang di Amerika Serikat pada 7 Juli 2025.
Airlangga menyampaikan penandatanganan ini merupakan bentuk keseriusan Pemerintah bersama para pelaku usaha, baik dari BUMN maupun sektor swasta, sebagai bagian dari sinergi nasional dalam memperkuat hubungan dagang bilateral.
Menurutnya, perjanjian ini bertujuan untuk menunjukkan komitmen Indonesia dalam meningkatkan pembelian barang dari AS guna menyeimbangkan surplus neraca perdagangan barang antara kedua negara
“Dengan demikian menunjukkan bahwa Indonesia incorporated. Jadi antara pemerintah, regulator dan pihak pengusaha BUMN dan swasta ini bersama-sama untuk merespons terkait dengan adanya pengenaan tarif resiprokal,” jelasnya.