JAKARTA, Cobisnis.com - Menteri Koordinator bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan mengatakan, pembukaan lahan baru menjadi langkah yang harus dilakukan pemerintah untuk mencapai swadembada pangan di 2027 mendatang.
Zulhas begitu ia disapa menjelaskan, upaya pembukaan lahan baru untuk lumbung pangan sudah mulai digarap di Merauke seluas 100.000 hektare dari target 1 juta hektare.
“Memang gak ada pilihan, kita harus buka lahan baru. Masa depan kita sekarang dan akan datang tuh, Papua. Merauke ada 1 juta (ha) lebih (target),” ujarnya dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, di Jakarta, Selasa, 3 Desember.
Adapun cetak sawah ini akan diutamakan untuk komoditas pangan utamanya padi. Tetapi, pemerintah juga sudah mulai mengembangkan komoditas tebu di papua seluas 200.000 hektare dari target seluas 600.000 hektare.
Meski begitu, Zulhas mengakui bahwa pembukaan lahan baru memang tidak mudah. Dia mengungkapkan beberapa proyek pemerintah juga gagal. Seperti yang terjadi di Kalimantan Tengah.
“Begitu juga dulu pengembangan tanam sawah (food estate) di Kalimantan Tengah kita pelajari apa sebabnya. Apakah karena tidak ada kesungguhan, ada moral hazard, jadi kita optimalisasi,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Riset Indef Berly Martawardaya mengatakan tidak semua lahan di khususnya wilayah Timur Indonesia tidak cocok untuk ditanam komoditas padi.
“Memang daerah Indonesia yang cocok untuk beras tidak terlalu banyak, Jawa, sebagian Sumatra, dan mungkin sebagian Sulawesi. Tapi untuk Indonesia Timur, khususnya tidak cocok lahan kita, sehingga kalau didorong atau ingin tumbuh beras di sana, investasinya besar sekali dan mahal,” ujar Berly.
Alih-alih memaksakan lahan untuk tanaman padi, Berly menilai pemerintah perlu mendorong upaya diversifikasi pangan lokal di wilayah tersebut. Dia bilang langkah ini juga sebagai upaya menekan ketergantungan terhadap beras.
“Kenapa tidak kita dorong ubi, singkong, tales, yang sagu, yang juga makanan lokal, tapi mungkin dengan sentuhan chef-chef atau ahli-ahli kuliner baru, sehingga menjadi laku di anak muda. Jadi anak muda tidak harus makan beras, untuk Indonesia Timur itu mahal dan sulit untuk di tanam dan dibawa,” jelasnya.
Zulhas begitu ia disapa menjelaskan, upaya pembukaan lahan baru untuk lumbung pangan sudah mulai digarap di Merauke seluas 100.000 hektare dari target 1 juta hektare.
“Memang gak ada pilihan, kita harus buka lahan baru. Masa depan kita sekarang dan akan datang tuh, Papua. Merauke ada 1 juta (ha) lebih (target),” ujarnya dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, di Jakarta, Selasa, 3 Desember.
Adapun cetak sawah ini akan diutamakan untuk komoditas pangan utamanya padi. Tetapi, pemerintah juga sudah mulai mengembangkan komoditas tebu di papua seluas 200.000 hektare dari target seluas 600.000 hektare.
Meski begitu, Zulhas mengakui bahwa pembukaan lahan baru memang tidak mudah. Dia mengungkapkan beberapa proyek pemerintah juga gagal. Seperti yang terjadi di Kalimantan Tengah.
“Begitu juga dulu pengembangan tanam sawah (food estate) di Kalimantan Tengah kita pelajari apa sebabnya. Apakah karena tidak ada kesungguhan, ada moral hazard, jadi kita optimalisasi,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Riset Indef Berly Martawardaya mengatakan tidak semua lahan di khususnya wilayah Timur Indonesia tidak cocok untuk ditanam komoditas padi.
“Memang daerah Indonesia yang cocok untuk beras tidak terlalu banyak, Jawa, sebagian Sumatra, dan mungkin sebagian Sulawesi. Tapi untuk Indonesia Timur, khususnya tidak cocok lahan kita, sehingga kalau didorong atau ingin tumbuh beras di sana, investasinya besar sekali dan mahal,” ujar Berly.
Alih-alih memaksakan lahan untuk tanaman padi, Berly menilai pemerintah perlu mendorong upaya diversifikasi pangan lokal di wilayah tersebut. Dia bilang langkah ini juga sebagai upaya menekan ketergantungan terhadap beras.
“Kenapa tidak kita dorong ubi, singkong, tales, yang sagu, yang juga makanan lokal, tapi mungkin dengan sentuhan chef-chef atau ahli-ahli kuliner baru, sehingga menjadi laku di anak muda. Jadi anak muda tidak harus makan beras, untuk Indonesia Timur itu mahal dan sulit untuk di tanam dan dibawa,” jelasnya.