Jamkrindo

Pasar Obligasi Diprediksi Masih Stabil hingga Semester II-2024

Oleh Farida Ratnawati pada 28 Mar 2024, 15:14 WIB

JAKARTA ,Cobisnis.com - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi harga pasar Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi pemerintah tenor menengah-pendek dapat menguat dalam waktu dekat.

Fixed Income Analyst Mirae Asset Karinska Bella Priyatno menilai naiknya tenor menengah-pendek seperti 2 tahun hingga 5 tahun ditengah kondisi pasar surat utang masih cukup fluktuatif seperti sekarang.

Bella mengatakan harga SBN tenor pendek diprediksi masih akan berfluktuasi dengan tingkat imbal hasil atau yield pada level 6,2 persen -6,35 persen, sehingga pelaku pasar dapat memanfaatkan fluktuasi tersebut untuk mendulang keuntungan.

“Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, terlihat bahwa pasar lebih fokus pada seri tenor menengah dan pendek, terutama seri-seri FR0101, FR0100, PBS030, PBS032, SPN, dan SPSN,” ujar Bella dalam Media Day March 2024, 27 Maret 2024.

Menurut Bella pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.

Adapun, yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Sejak awal tahun, Bella mengatakan instrumen fixed income tenor menengah-pendek memang masih menjadi pilihan utama pelaku pasar.

Selain itu pemilihan tenor menengah-pendek, menurut Bella untuk memanfaatkan volatilitas pasar yang terjadi karena tenor menengah-pendek lebih sensitif dan fluktuatif dibandingkan dengan tenor yang lebih panjang.

Bella mengatakan saat ini investor juga lebih memilih instrumen obligasi tenor pendek dan memanfaatkan jadwal jatuh tempo yang sudah dekat sehingga risiko pelaju pasar lebih terjaga.

Menurut Bella pada dasarnya fluktuasi pasar instrumen pendapatan tetap atau fixed income saat ini masih sangat tergantung dari data makroekonomi khususnya dari AS. Namun, kemungkinan turunnya suku bunga acuan global dan domestik masih menjadi tema besar tahun ini.

"Suku bunga global masih tinggi tetap tidak menurunkan daya tarik dari SBN karena tingkat imbal hasil atau yield real dari SBN Indonesia tenor 10 tahun yang berada di kisaran 3,9 persen masih cukup menarik," jelasnya.

Menurut Bella faktor utama SBN Indonesia masih cukup menarik lantaran inflasi yang terjaga pada 2,75 persen pada Februari.

Bella menambahkan real yield tersebut, masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, China, dan India.

"Saat ini selisih (spread) antara SBN tenor 10 tahun dengan Obligasi AS (US Treasury) tenor 10 tahun sudah menyempit, sebesar 236 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1 persen," ujarnya.

Menurut Bella tidak jauh selisih yield kedua instrumen tersebut menunjukkan pelaku pasar cukup prudent terhadap obligasi asal Indonesia dibanding negara-negara lain.

Adapun, tenor 10 tahun adalah salah satu tenor acuan untuk pasar obligasi bersama dengan tenor 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun.

“Harga obligasi pemerintah tenor 10 tahun bisa naik, sehingga yield saat ini yang ada di 6,5 persen-6,7 persen, nanti untuk akhir semester II/2024 akan bisa turun ke 6 persen.” tuturnya.

Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengatakan keyakinan terhadap pasar obligasi tersebut tidak terlepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup tahan banting (resilient), meski di tengah situasi yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

"Beberapa tantangan ke depan adalah suku bunga yang masih tinggi dan ada tren inflasi pangan disebabkan oleh kenaikan harga-harga bahan pokok," ujarnya.