JAKARTA, Cobisnis.com – Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra mulai berdampak pada industri alat berat. Dalam jangka pendek, permintaan unit baru cenderung tertahan, namun kebutuhan sewa justru menunjukkan tren peningkatan.
Ketua IV Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Immawan Priyambudi mengungkapkan bahwa Sumatra selama ini menyumbang sekitar 20%–25% dari total permintaan alat berat nasional. Kontribusi terbesar datang dari wilayah berbasis komoditas seperti Sumatra Selatan, Riau, dan Sumatra Utara.
Menurut Immawan, sektor pertambangan, perkebunan, dan infrastruktur menjadi penopang utama permintaan alat berat di wilayah tersebut. Namun, bencana alam membuat sebagian kegiatan operasional ikut terganggu.
Dalam jangka pendek, Immawan memperkirakan permintaan unit baru alat berat akan mengalami stagnasi, bahkan berpotensi menurun. Hal ini dipicu oleh fokus pelaku usaha yang masih tertuju pada penanganan darurat pasca bencana.
Di sisi lain, kebutuhan sewa alat berat justru berpotensi meningkat. Aktivitas pembersihan material longsor, pembukaan akses jalan, serta pemulihan infrastruktur darurat menjadi pemicu lonjakan permintaan.
Jenis alat berat seperti excavator, bulldozer, loader, hingga dump truck diperkirakan menjadi yang paling dibutuhkan. Seluruhnya berperan penting dalam proses evakuasi logistik dan pemulihan wilayah terdampak.
Dalam jangka menengah, Immawan optimistis permintaan unit baru akan kembali meningkat. Proyek rekonstruksi jalan, jembatan, serta fasilitas publik akan menjadi sumber utama pertumbuhan baru industri ini.
Meski demikian, tidak semua pelaku usaha terdampak langsung. Direktur PT Intraco Penta Tbk (INTA), Willianto Febriansa, menyebut wilayah terdampak seperti Aceh, Sumbar, dan Sumut bukan menjadi basis operasional utama perusahaan.
Sebagian besar bisnis INTA justru berada di Kalimantan dan Sulawesi. Sementara di Sumatra, portofolio mereka lebih terpusat di Sumatra Selatan, sehingga bencana tidak memengaruhi target bisnis hingga akhir 2025.
Secara nasional, penjualan alat berat sepanjang 2025 diproyeksikan mencapai sekitar 23.000 unit atau turun sekitar 5% dibandingkan 2024. Namun untuk 2026, permintaan diperkirakan kembali tumbuh di kisaran 5%–10%.
Selain sektor tambang, proyek strategis pemerintah seperti tanggul laut raksasa, food estate, serta pembangunan jalan tol diproyeksikan menjadi motor baru yang menggerakkan industri alat berat dalam fase pemulihan pasca bencana.