JAKARTA, Cobisnis.com - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja buka suara terkait dengan fenomena Rojali dan Rohana. Dia bilang fenomena tersebut bukan sesuatu yang baru.
Sekadar informasi, Rojali merupakan istilah untuk rombongan jarang beli. Sementara Rohana adalah akronim dari rombongan hanya nanya. Keduanya mengacu pada fenomena pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan tanpa melakukan pembelian.
“Rojali dan Rohana buat pusat perbelanjaan bukan sesuatu yang baru,” katanya kepada wartawan di Kantor Kementerian Perdagangan, ditulis Kamis, 7 Agustus.
Alphonzus bilang intensitas Rojali dan Rohana ini kadang turun dan naik tergantung dari faktor-faktor yang memengaruhi. Untuk kelas bawah, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya.
“Di kelas menengah atas pun terjadi, tetapi bukan karena faktor daya beli. Tapi faktor yang tadi, makro ekonomi, kemudian global, dampak-dampak global itu semua memengaruhi. Itulah yang membuat Rojali dan Rohananya kadang naik, kadang turun,” jelasnya.
Menurut Alphonzus, saat ini fenomena tersebut meningkat karena dikaitkan dengan daya beli. Terlebih, pusat perbelanjaan mengalami low season yang lebih panjang. Sebab, momen Ramadan dan Idulfitri datang lebih awal.
“Ada tambahan low season 2,5 bulan yaitu April, Mei, sampai dengan pertengahan Juni,” ucapnya.
Di sisi lain, Alphonzus bilang keberadaan Rojali dan Rohana selalu ada seiring dengan bergesernya fungsi pusat perbelanjaan. Kini, juga sebagai pusat edukasi, hiburan dan interaksi sosial.
“Alasan utamanya adalah karena fungsi pusat belanjanya kan sudah berubah, bukan lagi sekadar hanya sebagai tempat belanja gitu kan,” jelasnya.
Sekadar informasi, Rojali merupakan istilah untuk rombongan jarang beli. Sementara Rohana adalah akronim dari rombongan hanya nanya. Keduanya mengacu pada fenomena pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan tanpa melakukan pembelian.
“Rojali dan Rohana buat pusat perbelanjaan bukan sesuatu yang baru,” katanya kepada wartawan di Kantor Kementerian Perdagangan, ditulis Kamis, 7 Agustus.
Alphonzus bilang intensitas Rojali dan Rohana ini kadang turun dan naik tergantung dari faktor-faktor yang memengaruhi. Untuk kelas bawah, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya.
“Di kelas menengah atas pun terjadi, tetapi bukan karena faktor daya beli. Tapi faktor yang tadi, makro ekonomi, kemudian global, dampak-dampak global itu semua memengaruhi. Itulah yang membuat Rojali dan Rohananya kadang naik, kadang turun,” jelasnya.
Menurut Alphonzus, saat ini fenomena tersebut meningkat karena dikaitkan dengan daya beli. Terlebih, pusat perbelanjaan mengalami low season yang lebih panjang. Sebab, momen Ramadan dan Idulfitri datang lebih awal.
“Ada tambahan low season 2,5 bulan yaitu April, Mei, sampai dengan pertengahan Juni,” ucapnya.
Di sisi lain, Alphonzus bilang keberadaan Rojali dan Rohana selalu ada seiring dengan bergesernya fungsi pusat perbelanjaan. Kini, juga sebagai pusat edukasi, hiburan dan interaksi sosial.
“Alasan utamanya adalah karena fungsi pusat belanjanya kan sudah berubah, bukan lagi sekadar hanya sebagai tempat belanja gitu kan,” jelasnya.