Jamkrindo

Permintaan CPO yang Meningkat, Industri Sawit Indonesia Dinilai Masih Cerah

Oleh Saeful Imam pada 08 May 2024, 13:18 WIB

Industri kelapa sawit masih prospektif

JAKARTA, COBISNIS.COM - Persaingan dalam industri sawit nasional diprediksi semakin ketat pada tahun 2024. Tingginya permintaan minyak kelapa sawit (CPO) di pasar domestik dan harapan akan kenaikan harga komoditas tersebut memperkuat pasar dalam negeri.

Sejumlah emiten produsen sawit di Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2024 yang beragam, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.

Meskipun demikian, para produsen sawit nasional diharapkan akan menunjukkan kinerja yang lebih baik pada semester II-2024, terutama karena produksi CPO biasanya tumbuh lebih signifikan pada periode tersebut.

Pasar domestik tetap menjadi pasar utama bagi produsen sawit, dengan kebutuhan CPO sebagai bahan baku biodiesel yang tinggi. Sementara pasar ekspor juga tetap menjadi peluang, tergantung pada permintaan dari negara pengimpor CPO dan kondisi pasokan minyak nabati lainnya.

Prediksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) menyatakan bahwa produksi CPO dan Palm Kernel Oil (PKO) Indonesia pada 2024 kemungkinan akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, diperkirakan mencapai sekitar 52 juta ton hingga 54 juta ton.

Kenaikan harga CPO di pasar global juga menjadi faktor menguntungkan bagi para pengusaha sawit, dengan harga CPO yang naik 4,47% YoY ke level RM 3.930 per ton pada tanggal 7 Mei. Namun, pergerakan harga CPO masih dipengaruhi oleh dinamika perekonomian global dan konflik geopolitik regional.

Produsen seperti PT Triputra Agro Tbk (TAPG) dan PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) berharap untuk memaksimalkan produksi dan mencapai pertumbuhan pendapatan yang signifikan pada tahun 2024 melalui berbagai program pemupukan, penguatan infrastruktur, dan peningkatan kapasitas pabrik kelapa sawit.