JAKARTA, Cobisnis.com – Dibalut seragam militer lengkap, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu menerima kabar yang sudah ia tunggu lebih dari setahun: Rusia mengklaim telah merebut kota Pokrovsk di Ukraina timur. Klaim ini segera dibantah Kyiv pada Selasa, menegaskan bahwa pertempuran masih berlangsung dan pernyataan “bravura” Moskow tidak sesuai kenyataan.
Pertemuan yang sangat terkoordinasi antara Putin dan para petinggi militernya itu dirancang untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Rusia sedang memenangkan perang. Kremlin mengatakan bahwa kabar “kemenangan” itu disampaikan saat Putin mengunjungi sebuah “pos komando”, kunjungan yang dipublikasikan sehari sebelum pertemuannya dengan para penasihat utama Presiden AS Donald Trump.
Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, bersama Jared Kushner, bertemu Putin pada Selasa. Namun, pembicaraan selama lima jam itu tidak menghasilkan terobosan. Penasihat kebijakan luar negeri Rusia, Yuri Ushakov, menyebut diskusi tersebut “sangat konstruktif” tetapi tetap buntu tanpa kompromi. Hal ini tidak mengejutkan para pengamat Kremlin, karena Putin sejak awal menegaskan tidak tertarik kompromi dan bersikeras pada tuntutan maksimalis: pembatasan militer Ukraina, menyerahkan sebagian wilayah, dan tidak bergabung dengan NATO.
Detail proposal AS tidak dipublikasikan, tetapi Ukraina menegaskan bahwa mereka tidak bisa menerima rencana damai yang merusak kedaulatan mereka.
Kunjungan Putin ke pos militer sebelum pertemuan dengan AS jelas dimaksudkan untuk menampilkan dirinya sebagai pemimpin perang kuat yang memegang kendali. Berbeda dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang rutin mengunjungi garis depan, Putin jarang tampil di area perang dan selalu dengan momen yang terencana seperti kunjungannya ke Kursk pada Maret, juga sebelum pertemuan dengan Witkoff.
Dalam pertemuan itu, Putin memuji para jenderalnya atas “pembebasan” Pokrovsk yang ia sebut dengan nama era Soviet, Krasnoarmiisk (“kota Tentara Merah”). Kremlin kemudian merilis video tentara Rusia mengibarkan bendera di pusat kota Pokrovsk, meski area itu sudah dikuasai mereka sejak lama.
Secara strategis, nilai Pokrovsk sudah jauh menurun, namun jika benar direbut penuh, itu akan menjadi kemenangan terbesar Rusia sejak 2023. Pasukan Ukraina di dalam kota menggambarkan situasi yang “sangat sulit.” Seorang komandan Ukraina mengatakan Rusia belum menguasai kota sepenuhnya, sementara prajurit lain menyebut Rusia “sebagian besar menguasai” wilayah tersebut.
Putin terus menegaskan bahwa pasukannya “maju dengan kecepatan yang menjamin semua tujuan tercapai,” sambil memperingatkan bahwa jika Ukraina tidak menyerahkan wilayah yang tersisa termasuk seluruh Donetsk maka Rusia akan mengambilnya dengan paksa.
George Barros, analis dari Institute for the Study of War (ISW), menilai bahwa pesan Putin ditujukan kepada sekutu Barat Ukraina sama kuatnya dengan Ukraina sendiri. Jika dunia percaya bahwa kemenangan Rusia tak terelakkan, dukungan kepada Kyiv bisa melemah. Namun, ISW menyatakan bahwa kemenangan Rusia tidaklah pasti, dan pengambilalihan cepat terhadap wilayah Donetsk lainnya tampak tidak realistis.
Meski Rusia terus mendorong narasi kemenangan, jalan termudah bagi Moskow untuk mencapai tujuannya adalah memaksa Ukraina menerima kesepakatan buruk atau membuat sekutu Kyiv melonggarkan dukungan dua hal yang sangat bergantung pada posisi Amerika Serikat.