Jamkrindo

Sejarah dan Cita Rasa Bikin Lumpia Semarang Tetap Jadi Andalan Wisata

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 01 Dec 2025, 09:34 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Lumpia Semarang kembali disorot sebagai salah satu kuliner daerah paling ikonik di Indonesia berkat sejarah panjang dan perpaduan budaya yang melekat pada proses pembuatannya. Camilan berbentuk gulungan ini dikenal karena isiannya yang unik, yaitu rebung, ayam, atau udang, yang dimasak dengan bumbu khas sebelum dibungkus kulit tipis.

Perpaduan cita rasa tersebut bukan muncul tiba-tiba. Lumpia Semarang lahir dari interaksi kuliner antara pedagang Tionghoa dan warga lokal Jawa di kawasan Pecinan pada abad ke-19. Dari sinilah nama “lumpia” muncul, diambil dari istilah Hokkian “lun pia” yang berarti kue gulung.

Awalnya lumpia dibuat mirip jajanan Tiongkok, namun penduduk lokal mulai menyesuaikan rasanya dengan bumbu Jawa yang lebih manis dan aromatik. Rebung dipilih sebagai bahan utama karena mudah ditemukan di Jawa dan menawarkan aroma khas yang tidak dimiliki bahan lain. Kombinasi ini kemudian menjadi ciri khas yang bertahan hingga sekarang.

Teknik memasaknya pun mengalami adaptasi. Isian rebung direbus lama untuk menghilangkan aromanya yang tajam, lalu ditumis bersama ayam atau udang dan bumbu ringan. Kulitnya dibuat lebih tipis agar menghasilkan tekstur renyah saat digoreng, atau tetap lembut jika disajikan sebagai lumpia basah.

Popularitas Lumpia Semarang terus meningkat seiring berkembangnya kota sebagai pusat perdagangan. Pedagang-pedagang generasi awal mulai membuka lapak di kawasan Jalan Pandanaran dan Simpang Lima, menjadikannya sentra kuliner yang hingga kini masih menjadi tujuan wisatawan.

Saat pariwisata Semarang tumbuh pesat, lumpia berubah dari sekadar jajanan lokal menjadi ikon kuliner daerah. Wisatawan yang datang hampir selalu menjadikan lumpia sebagai oleh-oleh wajib, baik karena cita rasanya maupun reputasinya sebagai makanan historis.

Keunikan ini membuat lumpia menjadi produk kuliner yang mampu bertahan lintas generasi. Banyak usaha keluarga tetap menjaga resep asli, meskipun beberapa produsen modern mulai berkreasi dengan varian baru seperti lumpia smoked beef, jamur, atau keju.

Tren ini semakin memperkuat posisi Lumpia Semarang di industri kuliner nasional. Dengan semakin banyaknya festival kuliner dan promosi wisata, lumpia tidak hanya dicicipi di Semarang, tetapi juga mulai menembus restoran-restoran di kota besar lain.

Secara ekonomi, keberadaan lumpia turut memberi dampak positif bagi UMKM kuliner di Semarang. Produksinya melibatkan banyak sektor mulai dari petani rebung, pemasok bahan makanan, hingga pekerja di sentra oleh-oleh yang jumlahnya terus bertambah.

Identitas kuliner ini kini menjadi bagian erat dari karakter Kota Semarang. Sejarahnya yang panjang, teknik pembuatannya yang khas, dan adaptasi budayanya menjadikan lumpia sebagai salah satu makanan tradisional paling berpengaruh di Indonesia.