JAKARTA, Cobisnis.com – PT Prodia Diagnostic Line (Proline), perusahaan afiliasi dari PT Prodia Widyahusada
Tbk (kode saham: PRDA) sekaligus bagian usaha dari Prodia Group, meresmikan fasilitas produksi baru di Kawasan Industri Jababeka III, beralamat di Jl. Tekno Boulevard Blok A3 - 3A, 5, 6, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Peresmian fasilitas produksi ini sebagai komitmen Proline untuk mendukung pemerintah mewujudkan pilar transformasi kesehatan ketiga, yaitu sistem ketahanan kesehatan, dengan berkontribusi pada peningkatan kemandirian produksi alat kesehatan dalam negeri, serta mengurangi ketergantungan impor alat kesehatan.
Fasilitas produksi baru Proline diresmikan secara langsung oleh Lucia Rizka Andalusia selaku Direktur Jenderal Kefarmasian & Alat Kesehatan Kementeri Kesehatan Republik Indonesia, serta dihadiri oleh Andi Widjaja selaku Founder & Komisaris Utama PT Prodia Diagnostic Line (Proline), Endang W. Hoyaranda selaku Direktur PT Prodia Utama, Cristina Sandjaja selaku Direktur PT Prodia Diagnostic Line (Proline), Liana Kuswandi selaku Direktur Keuangan PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia), Günther Gorka selaku CEO DiaSys Diagnostic Systems GmbH, segenap jajaran manajemen di bawah naungan Prodia Group, serta para pemangku kepentingan & mitra strategis Proline.
Direktur Jenderal Kefarmasian & Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Lucia Rizka Andalusia, mengapresiasi pembangunan fasilitas produksi baru milik Proline, sebagai langkah strategis dalam memperkuat industri alat kesehatan nasional. Ia berharap keberadaan fasilitas ini dapat mendorong penggunaan alat kesehatan (alkes) dan reagen produksi dalam negeri dengan kualitas yang setara dengan produk impor.
Kehadiran fasilitas tersebut juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk luar serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri.
Founder & Komisaris Utama Proline, Andi Widjaja, mengatakan fasilitas produksi baru ini merupakan salah satu ide untuk semakin mendorong kemandirian produksi alkes dan reagen buatan dalam negeri. “Dengan diresmikannya fasilitas produksi baru ini, Proline optimis dapat berkontribusi terhadap permintaan alkes dan reagen yang terus meningkat setiap tahun sehingga rantai pasokan fasilitas kesehatan akan kebutuhan alkes dari dalam negeri tetap dapat terjaga.
Disisi lain, Proline juga siap berkontribusi mengamankan jumlah produksinya untuk mendukung program pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah yang membutuhkan alkes dan reagen dalam jumlah banyak.” jelas Andi. Direktur Proline, Cristina Sandjaja, menyampaikan, “Dengan perluasan fasilitas ini, kami dapat meningkatkan kapasitas produksi untuk berbagai lini, termasuk Kimia Klinik, Hematologi, Rapid Test, dan Instrumen Diagnostik.
Saat ini, produk Proline telah digunakan oleh lebih dari 7.000 fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta termasuk puskesmas, rumah sakit, dan klinik di seluruh Indonesia. Kami terus memperkuat komitmen untuk menghadirkan produk berkualitas tinggi buatan lokal yang mampu menjangkau lebih banyak fasilitas kesehatan.
” Ia juga menambahkan bahwa fasilitas produksi baru ini mampu mendongkrak peningkatan produksi berbagai lini, seperti pada produk Kimia Klinik yang naik 3 kali lipat menjadi 960.000 kit per tahun, Rapid Test meningkat 4,5 kali lipat menjadi 22,5 juta tes, dan instrumen naik 4 kali lipat menjadi 4.000 unit per tahun, serta
penambahan fasilitas baru untuk biomolekuler dengan kapasitas hingga 5 juta tes per tahun. Target jangka
panjangnya adalah memenuhi kebutuhan seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia serta memperluas penetrasi
pasar ekspor hingga 20% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Sebagai pemegang 39% saham Proline sejak tahun 2024, Prodia menyambut baik pengembangan fasilitas
produksi baru sebagai langkah strategis dalam memperkuat industri alat kesehatan nasional. Direktur Keuangan
Prodia, Liana Kuswandi, menyampaikan bahwa langkah ini diyakini akan memberikan nilai tambah bagi kedua
perusahaan. “Kami percaya bahwa pengembangan ini akan memberikan nilai strategis dan berdampak positif
bagi pertumbuhan Proline maupun Prodia,” ujar Liana. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antar kedua
perusahaan ini untuk memperkuat ekosistem kesehatan yang berkelanjutan di Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Günther Gorka selaku CEO DiaSys Diagnostic Systems GmbH, mitra global Proline,turut mengapresiasi langkah ekspansi Proline dalam menyediakan alkes dan reagen berstandar internasional di Indonesia. Ia berharap fasilitas baru ini mendorong Proline menjadi pemain kunci di pasar dalam dan luar negeri,serta siap mendukung inovasi Proline untuk memajukan industri alat kesehatan nasional.
Proline telah menjadi pionir produsen alkes dan reagen yang mengacu pada standar mutu nasional dan internasional. Hal ini dibuktikan dari penayangan Alat Kesehatan Dalam Negeri (AKD) untuk reagen kimia klinik di e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sejak tahun 2015, dengan TKDN sebesar 42,10%-55,85%. Untuk terus mendorong peningkatan TKDN di atas 40%, Proline berupaya
memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal, khususnya untuk bahan non-enzim dan bahan kemas, serta memproduksi sendiri komponen berbahan metal untuk seluruh instrumen yang dihasilkan. Proline konsisten dalam menjamin kualitas produksinya melalui sertifikasi ISO 13845:2016 yang telah diperoleh sejak tahun 2013 yang mencakup keseluruhan proses dari desain, produksi hingga manufaktur dan terus diperbaharui seiring ekspansi produk.
Peresmian fasilitas produksi ini sebagai komitmen Proline untuk mendukung pemerintah mewujudkan pilar transformasi kesehatan ketiga, yaitu sistem ketahanan kesehatan, dengan berkontribusi pada peningkatan kemandirian produksi alat kesehatan dalam negeri, serta mengurangi ketergantungan impor alat kesehatan.
Fasilitas produksi baru Proline diresmikan secara langsung oleh Lucia Rizka Andalusia selaku Direktur Jenderal Kefarmasian & Alat Kesehatan Kementeri Kesehatan Republik Indonesia, serta dihadiri oleh Andi Widjaja selaku Founder & Komisaris Utama PT Prodia Diagnostic Line (Proline), Endang W. Hoyaranda selaku Direktur PT Prodia Utama, Cristina Sandjaja selaku Direktur PT Prodia Diagnostic Line (Proline), Liana Kuswandi selaku Direktur Keuangan PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia), Günther Gorka selaku CEO DiaSys Diagnostic Systems GmbH, segenap jajaran manajemen di bawah naungan Prodia Group, serta para pemangku kepentingan & mitra strategis Proline.
Direktur Jenderal Kefarmasian & Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Lucia Rizka Andalusia, mengapresiasi pembangunan fasilitas produksi baru milik Proline, sebagai langkah strategis dalam memperkuat industri alat kesehatan nasional. Ia berharap keberadaan fasilitas ini dapat mendorong penggunaan alat kesehatan (alkes) dan reagen produksi dalam negeri dengan kualitas yang setara dengan produk impor.
Kehadiran fasilitas tersebut juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk luar serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri.
Founder & Komisaris Utama Proline, Andi Widjaja, mengatakan fasilitas produksi baru ini merupakan salah satu ide untuk semakin mendorong kemandirian produksi alkes dan reagen buatan dalam negeri. “Dengan diresmikannya fasilitas produksi baru ini, Proline optimis dapat berkontribusi terhadap permintaan alkes dan reagen yang terus meningkat setiap tahun sehingga rantai pasokan fasilitas kesehatan akan kebutuhan alkes dari dalam negeri tetap dapat terjaga.
Disisi lain, Proline juga siap berkontribusi mengamankan jumlah produksinya untuk mendukung program pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah yang membutuhkan alkes dan reagen dalam jumlah banyak.” jelas Andi. Direktur Proline, Cristina Sandjaja, menyampaikan, “Dengan perluasan fasilitas ini, kami dapat meningkatkan kapasitas produksi untuk berbagai lini, termasuk Kimia Klinik, Hematologi, Rapid Test, dan Instrumen Diagnostik.
Saat ini, produk Proline telah digunakan oleh lebih dari 7.000 fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta termasuk puskesmas, rumah sakit, dan klinik di seluruh Indonesia. Kami terus memperkuat komitmen untuk menghadirkan produk berkualitas tinggi buatan lokal yang mampu menjangkau lebih banyak fasilitas kesehatan.
” Ia juga menambahkan bahwa fasilitas produksi baru ini mampu mendongkrak peningkatan produksi berbagai lini, seperti pada produk Kimia Klinik yang naik 3 kali lipat menjadi 960.000 kit per tahun, Rapid Test meningkat 4,5 kali lipat menjadi 22,5 juta tes, dan instrumen naik 4 kali lipat menjadi 4.000 unit per tahun, serta
penambahan fasilitas baru untuk biomolekuler dengan kapasitas hingga 5 juta tes per tahun. Target jangka
panjangnya adalah memenuhi kebutuhan seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia serta memperluas penetrasi
pasar ekspor hingga 20% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Sebagai pemegang 39% saham Proline sejak tahun 2024, Prodia menyambut baik pengembangan fasilitas
produksi baru sebagai langkah strategis dalam memperkuat industri alat kesehatan nasional. Direktur Keuangan
Prodia, Liana Kuswandi, menyampaikan bahwa langkah ini diyakini akan memberikan nilai tambah bagi kedua
perusahaan. “Kami percaya bahwa pengembangan ini akan memberikan nilai strategis dan berdampak positif
bagi pertumbuhan Proline maupun Prodia,” ujar Liana. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antar kedua
perusahaan ini untuk memperkuat ekosistem kesehatan yang berkelanjutan di Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Günther Gorka selaku CEO DiaSys Diagnostic Systems GmbH, mitra global Proline,turut mengapresiasi langkah ekspansi Proline dalam menyediakan alkes dan reagen berstandar internasional di Indonesia. Ia berharap fasilitas baru ini mendorong Proline menjadi pemain kunci di pasar dalam dan luar negeri,serta siap mendukung inovasi Proline untuk memajukan industri alat kesehatan nasional.
Proline telah menjadi pionir produsen alkes dan reagen yang mengacu pada standar mutu nasional dan internasional. Hal ini dibuktikan dari penayangan Alat Kesehatan Dalam Negeri (AKD) untuk reagen kimia klinik di e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sejak tahun 2015, dengan TKDN sebesar 42,10%-55,85%. Untuk terus mendorong peningkatan TKDN di atas 40%, Proline berupaya
memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal, khususnya untuk bahan non-enzim dan bahan kemas, serta memproduksi sendiri komponen berbahan metal untuk seluruh instrumen yang dihasilkan. Proline konsisten dalam menjamin kualitas produksinya melalui sertifikasi ISO 13845:2016 yang telah diperoleh sejak tahun 2013 yang mencakup keseluruhan proses dari desain, produksi hingga manufaktur dan terus diperbaharui seiring ekspansi produk.