JAKARTA, Cobisnis.com – Bank sentral India telah meminta negara-negara bagian untuk menyebarkan pinjaman mereka ke berbagai tenor alih-alih hanya berfokus pada obligasi jangka panjang, serta mengkomunikasikan rencana penggalangan dana mereka dengan lebih tepat kepada pasar, menurut empat sumber yang mengetahui pembahasan tersebut.
Negara-negara bagian India diperkirakan akan meminjam rekor 12 triliun rupee ($135,95 miliar) pada tahun fiskal 2026, dan imbal hasil obligasi mereka telah naik antara 30–60 basis poin sejauh tahun ini, mengganggu pasar.
Reserve Bank of India (RBI) mengelola pinjaman untuk pemerintah pusat dan negara bagian. Seorang juru bicara RBI tidak menanggapi email Reuters yang meminta komentar.
Sumber-sumber tersebut meminta anonimitas karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.
Dalam pertemuan pekan ini dengan pejabat pemerintah negara bagian, RBI menyarankan agar negara bagian menyebarkan pinjaman mereka di sepanjang kurva imbal hasil, kata tiga dari empat sumber.
Dalam beberapa lelang terakhir, imbal hasil obligasi negara bagian berjangka panjang melonjak hingga 50 basis poin di tengah terbatasnya minat dari investor jangka panjang dan lemahnya permintaan dari bank.
Bank sentral juga meminta negara bagian untuk berusaha mengikuti kalender pinjaman yang telah ditetapkan sebanyak mungkin, tambah sumber-sumber tersebut.
Negara bagian cenderung meminjam lebih rendah atau lebih tinggi dari jumlah yang telah ditunjukkan, bergantung pada kebutuhan dana saat ini, yang membuat pedagang bingung.
“Perencanaan terkait pinjaman pasar sangat ad-hoc bagi sebagian besar negara bagian,” kata salah satu sumber yang bekerja di departemen treasury sebuah bank swasta besar. “Setiap kali mereka membutuhkan dana, mereka menerima tawaran pada tingkat yang sangat tinggi, yang mengganggu pasar secara keseluruhan dan menyebabkan kerugian mark-to-market.”
Bank sentral telah menyampaikan kepada pemerintah negara bagian mengenai kekhawatiran bank-bank bahwa beberapa bank besar mendekati batas internal mereka untuk investasi utang negara bagian, kata sumber perbankan.
Namun, pemerintah negara bagian tidak melihat hal ini sebagai risiko besar.
RBI meminta bank-bank untuk fokus pada penerbitan ulang surat utang yang ada, tambah sumber pemerintah negara bagian itu, seraya menambahkan bahwa hal ini akan meningkatkan volume perdagangan di pasar sekunder dan memperbaiki likuiditas.
Saat ini, sangat sedikit negara bagian yang menerbitkan ulang surat utang yang ada dan lebih memilih penjualan obligasi baru di setiap lelang mingguan.
Hal ini menyulitkan investor untuk keluar, memaksa bank dan investor untuk menahan surat utang tersebut hingga jatuh tempo, yang membatasi minat mereka untuk melakukan pembelian baru, tambah sumber-sumber tersebut.