Jamkrindo

Bos Garuda Buka Suara soal 15 Pesawat Dikandangkan: Itu Tidak Benar

Oleh Farida Ratnawati pada 08 May 2025, 09:54 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com - Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani buka suara mengenai kabar menghentikan sementara operasional 15 unit pesawat. Dia bilang kabar tersebut tidak benar.

Wamildan bilang belasan unit pesawat tersebut memang sedang dalam antrean perawatan heavy maintenance yang dijadwalkan pada tahun depan.

“Jadi memang kalau mau dibilang di-grounded 15 pesawat itu sebetulnya kurang pas, memang diantreannya itu masih di tahun depan,” katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu, 7 Mei.

Meski begitu, Wamildan mengaku sedang mengupayakan percepatan perawatan rutin pesawat-pesawat tersebut agar dapat dilakukan pada tahun ini.

“Jadi langkah-langkah yang kami ambil saat ini adalah percepatan agar 15 pesawat itu bisa serviceable di tahun ini,” ucapnya.

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memutuskan untuk memasukan 15 unit pesawat ke bengkel guna menjalani perawatan berkala. Manajemen mengaku sedang menghadapi kesulitan karena terbatasnya pasok suku cadang pesawat.

Direktur Teknik Garuda Indonesia Rahmat Hanafi mengatakan 15 pesawat tersebut terdiri dari 1 milik armada Garuda Indonesia dan 14 lainnya merupakan armada milik Citilink Indonesia.

Lebih lanjut, Rahmat mengatakan 15 unit armada tersebut tengah menunggu percepatan penjadwalan perawatan rutin berupa proses heavy maintenance.

“Termasuk penggantian suku cadang, untuk kembali siap beroperasi. Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 6 Mei.

Rahmat bilang perawatan armada ini memakan waktu yang cukup lama. Sebab, industri penerbangan global sedang menghadapi tantangan, khususnya dinamika rantai pasok suku cadang pesawat yang kini melanda hampir sebagian besar pelaku industri transportasi udara dunia.

“Tidak dapat dipungkiri kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan, sehingga menyebabkan pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang,” ucapnya.