Jamkrindo

China Tampilkan Simulasi Perang Udara, J-16 Berhadapan dengan Rafale

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 22 Dec 2025, 19:44 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Stasiun televisi pemerintah China, CCTV, menayangkan cuplikan simulasi perang udara yang mempertemukan jet tempur J-16 milik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) dengan jet Rafale buatan Perancis.

Penayangan ini tergolong langka karena China jarang membuka detail latihan militernya ke publik. Tayangan tersebut langsung menarik perhatian internasional, terutama di tengah dinamika geopolitik Asia dan Eropa.

Simulasi perang udara itu digelar di Xuchang, Provinsi Henan, dan menjadi bagian dari latihan militer berskala besar yang didorong oleh PLA sepanjang 2025. Ini disebut sebagai latihan pertama dengan skala tersebut tahun ini.

Dalam siaran tersebut, terlihat dua komandan PLAAF berdiri di depan papan simulasi pertempuran udara. Di sisi kekuatan China tertulis “J-16 x8”, sementara di sisi ancaman tercantum “Rafale x6”.

Simulasi ini juga mencatat adanya ancaman tambahan, yang mengindikasikan bahwa latihan tidak hanya berfokus pada satu lawan, tetapi mempertimbangkan risiko konflik udara yang lebih luas.

Ketertarikan publik semakin besar karena simulasi ini muncul tak lama setelah bentrokan udara India dan Pakistan pada Mei 2025. Konflik itu memicu perdebatan global terkait performa jet J-10C China dan Rafale milik India.

Pakistan mengklaim J-10C yang dipersenjatai rudal PL-15 berhasil menjatuhkan beberapa Rafale India. Pemerintah Perancis mengakui kehilangan satu unit Rafale, namun menyebut insiden itu akibat kegagalan teknis, bukan tembakan lawan.

Saat ini, India mengoperasikan 36 unit Rafale dan telah memesan 26 varian Rafale-Marine untuk angkatan laut. India juga mengajukan rencana pembelian hingga 114 jet tambahan melalui program MRFA.

Sejumlah analis menilai keputusan PLAAF mensimulasikan pertempuran melawan Rafale, bukan Su-30MKI, sebagai sinyal ketertarikan China menguji kekuatan melawan jet Barat paling modern di kawasan.

Langkah ini juga dinilai berkaitan dengan ketegangan berkelanjutan di sepanjang Line of Actual Control (LAC) antara China dan India, yang membuat keseimbangan kekuatan udara menjadi krusial.

J-16 sendiri merupakan jet tempur bermesin ganda berbobot berat yang dirancang untuk operasi jarak jauh dan membawa muatan besar. Pesawat ini terintegrasi dengan sistem peperangan elektronik dan dukungan sensor darat.

Sementara Rafale dikenal sebagai jet tempur multirole yang fleksibel, memiliki avionik matang, dan telah teruji dalam berbagai operasi tempur di Timur Tengah dan Afrika.

Para pengamat menilai perbandingan J-16 dan Rafale tidak sepenuhnya seimbang. Keduanya unggul di bidang masing-masing dan dirancang untuk doktrin tempur yang berbeda.