JAKARTA, Cobisnis.com – Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengungkapkan jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan mengalami penurunan signifikan sejak Jumat lalu, 29 Agustus, dengan angka mencapai sekitar 50 persen.
Hal tersebut merespons imbas dari aksi massa yang terjadi di berbagai daerah termasuk di DKI Jakarta. Meski begitu, APPBI menegaskan mal tetap beroperasi normal mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB.
"Kalau kunjungan sih pasti menurun. Saya kira penurunan kunjungan sudah terjadi sejak Jumat yang lalu. Penurunan kurang lebih terjadi sampai 50 persen," kata Alphonzus, Senin, 1 September.
Alphonzus menambahkan, meski sempat adanya lonjakan pembelian atau panic buying namun kondisinya masih terkendali. APPBI bersama asosiasi ritel dan pemasok mengintensifkan koordinasi setiap hari untuk menjaga rantai pasok tetap aman.
"Lonjakan pembelian ada, tapi relatif masih terkendali. Kami juga terus memastikan supply chain terjaga melalui rapat koordinasi hampir setiap hari dengan asosiasi ritel dan pemasok," ujarnya.
Mal Tetap Beroperasi Normal
Selain itu, dirinya menekankan bahwa keberlangsungan operasional pusat belanja tidak bisa dihentikan begitu saja meski ada aksi massa, karena memiliki fungsi strategis sebagai fasilitas publik yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Pusat perbelanjaan itu kan adalah fasilitas publik. Fasilitas publik yang melayani kebutuhan masyarakat. Jadi, masyarakat harus bisa mudah mendapatkan terutama kebutuhan pokok sehari-hari. Jadi, saya kira itu yang paling penting itu harus dijaga dalam situasi seperti ini. Jangan sampai masyarakat sulit mendapatkan kebutuhan pokok," ucap Alphonzus.
Selain itu, lanjut Alphonzus, keberadaan mal yang tetap buka juga memberikan rasa aman bagi masyarakat di tengah kondisi sosial yang dinamis. "Pusat perbelanjaan itu adalah salah satu fasilitas publik yang strategis sehingga harus bisa memberikan kesan aman. Karena kalau pusat perbelanjaannya tutup itu kan semakin kesannya menjadi semakin menakutkan bagi masyarakat. Jadi, saya kira itu yang harus dihindari," jelasnya.
Meski mendorong operasional normal, APPBI tetap menekankan pentingnya faktor keamanan. Setiap pengelola mal memiliki kewenangan untuk menyesuaikan operasional sesuai kondisi di wilayah masing-masing, termasuk menambah pengamanan hingga menutup sementara jika situasi tidak kondusif.
"Contohnya di Atrium Senen, mereka memutuskan tutup karena situasi di sana tidak kondusif. Jadi masing-masing pusat belanja harus memprioritaskan keamanan," pungkas Alphonzus.
Hal tersebut merespons imbas dari aksi massa yang terjadi di berbagai daerah termasuk di DKI Jakarta. Meski begitu, APPBI menegaskan mal tetap beroperasi normal mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB.
"Kalau kunjungan sih pasti menurun. Saya kira penurunan kunjungan sudah terjadi sejak Jumat yang lalu. Penurunan kurang lebih terjadi sampai 50 persen," kata Alphonzus, Senin, 1 September.
Alphonzus menambahkan, meski sempat adanya lonjakan pembelian atau panic buying namun kondisinya masih terkendali. APPBI bersama asosiasi ritel dan pemasok mengintensifkan koordinasi setiap hari untuk menjaga rantai pasok tetap aman.
"Lonjakan pembelian ada, tapi relatif masih terkendali. Kami juga terus memastikan supply chain terjaga melalui rapat koordinasi hampir setiap hari dengan asosiasi ritel dan pemasok," ujarnya.
Mal Tetap Beroperasi Normal
Selain itu, dirinya menekankan bahwa keberlangsungan operasional pusat belanja tidak bisa dihentikan begitu saja meski ada aksi massa, karena memiliki fungsi strategis sebagai fasilitas publik yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Pusat perbelanjaan itu kan adalah fasilitas publik. Fasilitas publik yang melayani kebutuhan masyarakat. Jadi, masyarakat harus bisa mudah mendapatkan terutama kebutuhan pokok sehari-hari. Jadi, saya kira itu yang paling penting itu harus dijaga dalam situasi seperti ini. Jangan sampai masyarakat sulit mendapatkan kebutuhan pokok," ucap Alphonzus.
Selain itu, lanjut Alphonzus, keberadaan mal yang tetap buka juga memberikan rasa aman bagi masyarakat di tengah kondisi sosial yang dinamis. "Pusat perbelanjaan itu adalah salah satu fasilitas publik yang strategis sehingga harus bisa memberikan kesan aman. Karena kalau pusat perbelanjaannya tutup itu kan semakin kesannya menjadi semakin menakutkan bagi masyarakat. Jadi, saya kira itu yang harus dihindari," jelasnya.
Meski mendorong operasional normal, APPBI tetap menekankan pentingnya faktor keamanan. Setiap pengelola mal memiliki kewenangan untuk menyesuaikan operasional sesuai kondisi di wilayah masing-masing, termasuk menambah pengamanan hingga menutup sementara jika situasi tidak kondusif.
"Contohnya di Atrium Senen, mereka memutuskan tutup karena situasi di sana tidak kondusif. Jadi masing-masing pusat belanja harus memprioritaskan keamanan," pungkas Alphonzus.