JAKARTA, Cobisnis.com – Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, acara Dialog
Kebangsaan digelar di kampus Universitas Esa Unggul dengan tema “Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Sejarah Penciptaan & Perannya dalam Membangun Nasionalisme.” Acara ini menghadirkan diskusi mendalam tentang makna dan sejarah lagu kebangsaan, mengajak generasi muda menghidupkan kembali semangat cinta tanah air, serta merawat nilai-nilai nasionalisme di era modern.
Dalam diskusi ini, diungkap sejarah lagu Indonesia Raya yang pertama kali diperdengarkan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan dipublikasikan pada 10 November 1928. Lebih dari sekedar melantunkan kembali lagu kebangsaan, acara ini berusaha menggali sejarah dan makna di baliknya, serta membangun kesadaran bahwa lagu Indonesia Raya adalah simbol persatuan dan panggilan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Yudi Latif, Ph.D., cendekiawan Indonesia, yang menjadi keynote speaker dalam acara menyampaikan pemikirannya mengenai peran lagu Indonesia Raya dalam membangkitkan nasionalisme. “Lagu Indonesia Raya bukan hanya simbol patriotisme, tetapi juga pengingat akan identitas dan semangat perjuangan bangsa,” ungkap Yudi. Ia menekankan pentingnya melihat lagu Indonesia Raya sebagai sumber inspirasi yang harus terus dihidupkan dalam jiwa generasi muda.
Sementara Sari W. Pramono, Pembina dan Penasihat Kolaborasi Perempuan Indonesia, sebuah gerakan inspiratif yang menyatukan perempuan-perempuan dari berbagai organisasi di Indonesia untuk bersama-sama mendorong perubahan positif; Menyatakan dalam sambutannya, “Berbekal keberagaman, pengalaman dan keahlian, kami bersinergi memperjuangkan kesetaraan,pemberdayaan,dan hak-hak perempuan, serta menciptakan ruang inklusif yang kuat bagi masa depan”.
Terkait tema dialog, Sari menambahkan, “Perempuan Indonesia memiliki peran penting dalam menanamkan rasa cinta tanah air kepada generasi berikutnya, dan hal ini perlu terus diperkuat,”Acara ini juga dihadiri pembicara-pembicara, Didi Kwartanada, sejarawan; Angkie Yudistia, politisi perempuan; Ibu Kembar: Sri Irianingsih & Sri Rossyati, aktivis Pendidikan informal; serta Dr. Siti Mariam,A.Md.Ptk., S.Pt. M.H, dosen Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Esa Unggul, berhasil menghadirkan diskusi yang mendorong para peserta untuk melihat Indonesia Raya sebagai bukan sekadar lagu, melainkan simbol pemersatu yang berharga.
Lagu kebangsaan ini akan terus menginspirasi, mengingatkan kita untuk merawat persatuan, meresapi budaya bangsa,dan menjaga warisan luhur dalam berbagai peran yang diambil oleh generasi muda dan perempuan Indonesia.
Dialog Kebangsaan di Universitas Esa Unggul ini diharapkan dapat membangun antusiasme baru di kalangan generasi muda untuk semakin mencintai dan melestarikan warisan kebangsaan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai sejarah Indonesia Raya, para peserta diharapkan mampu menghargai pengorbanan para pahlawan yang telah berjuang demi bangsa.
Dalam diskusi ini, diungkap sejarah lagu Indonesia Raya yang pertama kali diperdengarkan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan dipublikasikan pada 10 November 1928. Lebih dari sekedar melantunkan kembali lagu kebangsaan, acara ini berusaha menggali sejarah dan makna di baliknya, serta membangun kesadaran bahwa lagu Indonesia Raya adalah simbol persatuan dan panggilan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Yudi Latif, Ph.D., cendekiawan Indonesia, yang menjadi keynote speaker dalam acara menyampaikan pemikirannya mengenai peran lagu Indonesia Raya dalam membangkitkan nasionalisme. “Lagu Indonesia Raya bukan hanya simbol patriotisme, tetapi juga pengingat akan identitas dan semangat perjuangan bangsa,” ungkap Yudi. Ia menekankan pentingnya melihat lagu Indonesia Raya sebagai sumber inspirasi yang harus terus dihidupkan dalam jiwa generasi muda.
Sementara Sari W. Pramono, Pembina dan Penasihat Kolaborasi Perempuan Indonesia, sebuah gerakan inspiratif yang menyatukan perempuan-perempuan dari berbagai organisasi di Indonesia untuk bersama-sama mendorong perubahan positif; Menyatakan dalam sambutannya, “Berbekal keberagaman, pengalaman dan keahlian, kami bersinergi memperjuangkan kesetaraan,pemberdayaan,dan hak-hak perempuan, serta menciptakan ruang inklusif yang kuat bagi masa depan”.
Terkait tema dialog, Sari menambahkan, “Perempuan Indonesia memiliki peran penting dalam menanamkan rasa cinta tanah air kepada generasi berikutnya, dan hal ini perlu terus diperkuat,”Acara ini juga dihadiri pembicara-pembicara, Didi Kwartanada, sejarawan; Angkie Yudistia, politisi perempuan; Ibu Kembar: Sri Irianingsih & Sri Rossyati, aktivis Pendidikan informal; serta Dr. Siti Mariam,A.Md.Ptk., S.Pt. M.H, dosen Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Esa Unggul, berhasil menghadirkan diskusi yang mendorong para peserta untuk melihat Indonesia Raya sebagai bukan sekadar lagu, melainkan simbol pemersatu yang berharga.
Lagu kebangsaan ini akan terus menginspirasi, mengingatkan kita untuk merawat persatuan, meresapi budaya bangsa,dan menjaga warisan luhur dalam berbagai peran yang diambil oleh generasi muda dan perempuan Indonesia.
Dialog Kebangsaan di Universitas Esa Unggul ini diharapkan dapat membangun antusiasme baru di kalangan generasi muda untuk semakin mencintai dan melestarikan warisan kebangsaan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai sejarah Indonesia Raya, para peserta diharapkan mampu menghargai pengorbanan para pahlawan yang telah berjuang demi bangsa.