JAKARTA, Cobisnis.com - Memasuki usia ke-48 tahun, Pasar Modal Indonesia terus menunjukkan peran strategisnya sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Di tengah tantangan global dan perlambatan ekonomi dunia, kinerja pasar modal justru tampil resilien, menjadi instrumen pendanaan yang semakin inklusif bagi UMKM hingga perusahaan berbasis komunitas.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sepanjang 2024 kapitalisasi pasar tumbuh hingga Rp11.600 triliun, meningkat sekitar 8,7% dibanding tahun sebelumnya.
Sementara jumlah investor ritel melonjak mencapai 12,4 juta Single Investor Identification (SID), naik lebih dari 18% year-on-year, mencerminkan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam aktivitas investasi nasional.
Salah satu terobosan terbesar dalam mewujudkan ekonomi mandiri dan berdaulat adalah hadirnya Papan Akselerasi dan Papan Ekonomi Baru yang membuka jalan bagi UMKM untuk mendapatkan pendanaan jangka panjang melalui IPO.
Hingga akhir 2024, sudah lebih dari 60 emiten dari kategori usaha kecil–menengah tercatat di BEI, dengan total penghimpunan dana mencapai lebih dari Rp3,2 triliun.
“Kami ingin membuktikan bahwa UMKM bukan hanya tulang punggung ekonomi, tapi juga layak menjadi pemain besar di pasar modal,” ujar Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik ditulis Rabu (26/11/2025).
Langkah ini tidak hanya memperluas akses pembiayaan bagi pelaku usaha lokal, melainkan juga meningkatkan tata kelola dan transparansi. Dampaknya terasa nyata, UMKM yang melakukan IPO mengalami kenaikan pendapatan rata-rata 20–30% dalam dua tahun setelah melantai di bursa.
Sinergi pasar modal dengan sektor perbankan dan lembaga pembiayaan juga semakin kuat. Sepanjang tahun 2024 saja, nilai penerbitan obligasi dan sukuk korporasi mencapai Rp207 triliun, meningkat 12% dari tahun sebelumnya.
Banyak di antaranya diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki rantai pasok langsung dengan sektor ekonomi kerakyatan, seperti pertanian, perikanan, dan industri kreatif.
Kredit usaha rakyat (KUR) juga didorong untuk terhubung dengan instrumen pasar modal melalui skema sekuritisasi aset. Skema ini membuka peluang baru bagi bank untuk memperluas penyaluran kredit ke desa, sentra usaha mikro, hingga koperasi, sembari memberikan alternatif investasi bagi masyarakat.
Transformasi digital membuat investasi semakin mudah dijangkau. Dalam tiga tahun terakhir, 70% investor baru berasal dari kelompok usia 18–30 tahun.
Nilai transaksi harian investor ritel kini mencapai 35% dari total transaksi bursa, sebuah bukti bahwa ekonomi kerakyatan juga bergerak melalui peningkatan literasi finansial generasi muda.
Aplikasi investasi yang terintegrasi dengan edukasi membuat masyarakat kian melek portofolio. Program Sekolah Pasar Modal, kampanye Yuk Nabung Saham, dan kolaborasi dengan perguruan tinggi telah menjangkau lebih dari 1 juta peserta sejak 2015.
Peran pasar modal terbukti signifikan dalam menjaga ketahanan ekonomi Indonesia. Dari total pembiayaan non-bank tahun 2024, 44% berasal dari pasar modal, menjadikannya komponen penting dalam kemandirian ekonomi.
Dana yang dihimpun melalui IPO sepanjang 2024 mencapai Rp64,4 triliun, tertinggi dalam dua dekade terakhir. Angka ini memperkuat struktur permodalan perusahaan nasional sehingga tidak bergantung pada pendanaan luar negeri.
Di sektor energi dan pangan, dua pilar kedaulatan ekonomi, keberadaan sejumlah emiten strategis memungkinkan masyarakat memiliki porsi kepemilikan langsung melalui pasar modal, menciptakan model pembangunan yang lebih inklusif.
Dengan fondasi yang semakin kokoh, pasar modal kini bukan lagi hanya arena bagi perusahaan besar, melainkan rumah bagi seluruh pelaku ekonomi yakni rakyat, pelaku UMKM, koperasi, startup, hingga korporasi nasional.
Sinergi yang terbangun antara pemerintah, otoritas pasar modal, pelaku industri, dan masyarakat menjadi kekuatan utama dalam mewujudkan ekonomi yang mandiri, berdaulat, dan maju Bersama. Sebuah cita-cita yang semakin nyata menjelang 50 tahun perjalanan Pasar Modal Indonesia.