JAKARTA, Cobisnis.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengajak bank swasta turut serta mengucurkan dukungan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk mendukung realisasi program 3 juta rumah besutan Presiden Prabowo Subianto.
Erick menyebut, butuh pembiayaan yang masif untuk mendukung realisasi 3 juta rumah. Dia bilang, pemerintah juga mengharapkan kolaborasi bank swasta.
"Karena masif 3 juta (rumah), kami mengharapkan juga peran dari bank-bank swasta untuk mendukung program pemerintah ini. Jadi, tidak kami sendirian saja," kata Erick dalam konferensi pers di kantor Bank Indonesia (BI), Jakarta, Selasa malam, 11 Februari.
Erick bilang, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) perlu didukung pembiayaan kuat. Mengingat, kebutuhan penyaluran rumah untuk mengentaskan backlog saja masih tinggi di level 9,9 juta unit.
Tak hanya bakal memaksimalkan laju penyaluran KPR Subsidi di PT Bank Tabungan Negara (BTN), Erick memastikan Himbara lain seperti PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia (BNI) hingga PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) bakal turut serta memperluas portofolio pembiayaan perumahannya.
Bahkan, PT Bank Syariah Indonesia (BSI) juga dipastikan bakal diikutsertakan.
"Kami siap melaksanakan. Toh, selama ini juga Bank-Bank Himbara seperti BBTN yang memang 80 persen market daripada pendanaan rumah-rumah subsidi itu ada di kami," ujarnya.
Diketahui, pada Selasa malam, 11 Februari, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Pandu Sjahrir sebagai perwakilan Danantara hingga Ketua Komisi XI DPR RI Misbakhun melakukan rapat koordinasi dukungan pembiayaan program 3 juta rumah.
Guna mendukung laju penyaluran tersebut, BI berkomitmen untuk mengguyur insentif sebesar Rp23,2 triliun dan bakal ditingkatkan hingga Rp80 triliun pada bank-bank yang menyalurkan KPR 3 juta rumah.
Perry meyakini, kebijakan tersebut bakal merangsang meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi RI. Mengingat, sektor perumahan sendiri memiliki 185 sektor turunan yang bakal terdampak.
"Kami berkeyakinan bahwa perumahan itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Dan dukungan konkret Bank Indonesia yakni pemberian kebijakan insentif likuiditas yang sekarang Rp23,2 triliun akan secara bertahap kami naikkan menjadi Rp80 triliun," ungkapnya.
Erick menyebut, butuh pembiayaan yang masif untuk mendukung realisasi 3 juta rumah. Dia bilang, pemerintah juga mengharapkan kolaborasi bank swasta.
"Karena masif 3 juta (rumah), kami mengharapkan juga peran dari bank-bank swasta untuk mendukung program pemerintah ini. Jadi, tidak kami sendirian saja," kata Erick dalam konferensi pers di kantor Bank Indonesia (BI), Jakarta, Selasa malam, 11 Februari.
Erick bilang, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) perlu didukung pembiayaan kuat. Mengingat, kebutuhan penyaluran rumah untuk mengentaskan backlog saja masih tinggi di level 9,9 juta unit.
Tak hanya bakal memaksimalkan laju penyaluran KPR Subsidi di PT Bank Tabungan Negara (BTN), Erick memastikan Himbara lain seperti PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia (BNI) hingga PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) bakal turut serta memperluas portofolio pembiayaan perumahannya.
Bahkan, PT Bank Syariah Indonesia (BSI) juga dipastikan bakal diikutsertakan.
"Kami siap melaksanakan. Toh, selama ini juga Bank-Bank Himbara seperti BBTN yang memang 80 persen market daripada pendanaan rumah-rumah subsidi itu ada di kami," ujarnya.
Diketahui, pada Selasa malam, 11 Februari, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Pandu Sjahrir sebagai perwakilan Danantara hingga Ketua Komisi XI DPR RI Misbakhun melakukan rapat koordinasi dukungan pembiayaan program 3 juta rumah.
Guna mendukung laju penyaluran tersebut, BI berkomitmen untuk mengguyur insentif sebesar Rp23,2 triliun dan bakal ditingkatkan hingga Rp80 triliun pada bank-bank yang menyalurkan KPR 3 juta rumah.
Perry meyakini, kebijakan tersebut bakal merangsang meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi RI. Mengingat, sektor perumahan sendiri memiliki 185 sektor turunan yang bakal terdampak.
"Kami berkeyakinan bahwa perumahan itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Dan dukungan konkret Bank Indonesia yakni pemberian kebijakan insentif likuiditas yang sekarang Rp23,2 triliun akan secara bertahap kami naikkan menjadi Rp80 triliun," ungkapnya.