JAKARTA, Cobisnis.com – Fenomena fresh graduate yang kesulitan bersaing di pasar kerja masih menjadi isu nyata di Indonesia. Meski tingkat pendidikan terus meningkat, pengalaman kerja tetap menjadi faktor utama yang diprioritaskan perusahaan.
Banyak perusahaan menghadapi tekanan efisiensi dan target bisnis yang ketat. Kondisi ini membuat perekrutan karyawan berpengalaman dianggap lebih aman karena dinilai siap kerja tanpa proses adaptasi panjang.
Fresh graduate umumnya masih membutuhkan pelatihan, pendampingan, serta waktu untuk memahami budaya kerja. Bagi perusahaan, hal ini berarti tambahan biaya dan risiko produktivitas di tahap awal.
Selain itu, pengalaman kerja memberikan keunggulan dalam pengambilan keputusan. Kandidat berpengalaman terbiasa menghadapi tekanan, konflik tim, hingga target yang berubah cepat.
Dari sisi keterampilan, dunia kerja menuntut kemampuan praktis seperti komunikasi, manajemen waktu, dan problem solving. Keterampilan ini sering kali belum sepenuhnya terbentuk di bangku kuliah.
Data ketenagakerjaan juga menunjukkan mayoritas lowongan mensyaratkan pengalaman minimal satu hingga dua tahun. Syarat ini secara tidak langsung mempersempit ruang masuk bagi lulusan baru.
Namun, kondisi ini tidak sepenuhnya menutup peluang fresh graduate. Perusahaan yang fokus pada inovasi dan regenerasi tetap membuka jalur khusus untuk talenta muda.
Program magang, trainee, dan graduate development menjadi solusi untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik kerja.
Dari sisi sosial, tantangan ini mendorong generasi muda untuk lebih aktif membangun pengalaman sejak dini, bahkan sebelum lulus kuliah.
Ke depan, kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri dinilai penting agar lulusan baru lebih siap menghadapi kebutuhan pasar kerja yang terus berubah.