JAKARTA, Cobisnis.com – Jake Paul dikenal publik sebagai petinju dan figur media sosial, namun sumber kekayaannya tidak hanya berasal dari pertandingan di atas ring.
Di luar aktivitas tinju, Jake Paul membangun sejumlah bisnis yang menjadi penopang utama keuangannya, bahkan saat tidak bertanding dalam waktu lama.
Salah satu bisnis yang dijalani Jake Paul adalah keterlibatannya di industri minuman energi. Ia berperan sebagai investor sekaligus brand ambassador pada produk yang menyasar pasar anak muda dan penggemar olahraga.
Keterlibatan tersebut bukan sekadar promosi, melainkan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang ikut menikmati pertumbuhan valuasi brand di pasar Gen Z.
Di sektor olahraga, Jake Paul ikut mendirikan Most Valuable Promotions (MVP), perusahaan promotor tinju yang mengelola event, kontrak petinju, hingga hak siar.
Lewat MVP, Jake Paul tidak hanya bertindak sebagai atlet, tetapi juga sebagai pemilik bisnis yang memperoleh pendapatan dari tiket, sponsor, dan kerja sama media.
Selain itu, Jake Paul mengembangkan lini merchandise dan apparel yang dijual langsung ke penggemar global dengan model direct-to-consumer.
Model penjualan ini memungkinkan margin keuntungan lebih besar karena memotong peran distributor dan memanfaatkan basis penggemar digital yang sudah terbentuk.
Pendapatan lainnya berasal dari pengelolaan konten digital, termasuk dokumenter, lisensi eksklusif, dan kerja sama dengan platform streaming global.
Jake Paul juga tercatat aktif berinvestasi di sejumlah startup tahap awal, khususnya di sektor hiburan, teknologi digital, dan Web3 sebagai bagian dari diversifikasi aset.
Secara keseluruhan, kekayaan Jake Paul diperkirakan mencapai USD 80–100 juta atau sekitar Rp1,25–1,55 triliun, mencerminkan pergeseran model bisnis atlet modern.
Fenomena ini menunjukkan bahwa popularitas digital kini menjadi faktor penting dalam membangun kekuatan ekonomi di industri olahraga dan hiburan global.