JAKARTA, Cobisnis.com – India tercatat sebagai negara dengan jumlah pemulung terbanyak di dunia. Diperkirakan lebih dari 1,5 juta orang menggantungkan hidup dari mengumpulkan dan mendaur ulang sampah, khususnya di kota-kota besar seperti Mumbai, Delhi, dan Kolkata. Aktivitas mereka menjadi bagian penting dari ekonomi informal sekaligus membantu mengurangi beban tempat pembuangan akhir.
Kehidupan pemulung sering diwarnai tantangan berat. Banyak yang tinggal di lingkungan padat dan miskin, namun pekerjaan mereka sangat vital untuk menjaga kebersihan kota dan mendukung rantai daur ulang plastik, kertas, dan logam.
Pemulung di India sebagian besar bekerja secara individu atau dalam kelompok kecil. Mereka mengumpulkan sampah dari rumah tangga, pasar, dan fasilitas publik, kemudian menjual material yang masih bisa dipakai ke pengepul. Aktivitas ini jadi sumber pendapatan utama bagi jutaan keluarga miskin.
Meski peran mereka besar, pemulung sering tidak tercatat secara resmi dalam data pemerintah. Hal ini membuat mereka sulit mendapatkan akses program sosial dan perlindungan kerja formal.
Beberapa organisasi masyarakat dan lembaga swadaya kini mulai memberikan perhatian. Program pelatihan, fasilitas kesehatan, dan inklusi sosial digalakkan untuk meningkatkan kesejahteraan pemulung serta membantu mereka beradaptasi dengan sistem pengelolaan sampah modern.
Ekonomi sirkular di India sangat bergantung pada pemulung. Barang-barang bekas yang mereka kumpulkan sering kembali ke industri sebagai bahan baku, mengurangi ketergantungan pada sumber daya baru dan menekan limbah di TPA.
Kota besar seperti Mumbai dan Delhi memproduksi sampah hingga ribuan ton per hari. Tanpa pemulung, jumlah sampah yang menumpuk bisa meningkat drastis, menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan.
Selain itu, aktivitas pemulung juga berdampak sosial. Anak-anak dan keluarga yang terlibat belajar keterampilan hidup dan mendapatkan pendapatan tambahan. Namun, pekerjaan ini juga berisiko, termasuk cedera dan paparan bahan berbahaya.
Pemerintah lokal kini mendorong pengembangan fasilitas pengelolaan sampah formal, tapi transisi ini membutuhkan waktu. Pemulung tetap jadi ujung tombak daur ulang, sekaligus simbol ketahanan ekonomi masyarakat miskin.
Dengan dukungan yang tepat, sektor pemulung bisa berkembang lebih profesional, meningkatkan kesejahteraan, dan tetap menjaga kontribusi terhadap keberlanjutan kota. Aktivitas mereka bukan sekadar bertahan hidup, tapi bentuk nyata kontribusi terhadap lingkungan dan ekonomi sirkular.