Jamkrindo

Investasi Properti China Anjlok, Harga Rumah Baru Terus Melemah dan Ekonomi Kian Tertekan

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 15 Sep 2025, 12:04 WIB

ILUATRASI:REUTERS/Tyrone Siu

JAKARTA, Cobisnis.com – Sektor properti China kembali terjerembab dalam tekanan. Data resmi yang dirilis Senin (15/9/2025) menunjukkan bahwa sepanjang Januari–Agustus 2025 investasi properti turun 12,9% dibanding periode sama tahun lalu. Angka ini lebih dalam dibanding kontraksi 12% yang tercatat pada periode Januari–Juli.

Kondisi tersebut menegaskan bahwa sektor properti masih menjadi titik lemah dalam perekonomian China. Sebagai salah satu pilar pertumbuhan, properti berperan penting dalam investasi, konsumsi, hingga lapangan kerja. Penurunan yang berlanjut menambah beban di tengah upaya pemerintah menjaga stabilitas ekonomi.

Dari sisi penjualan, pasar perumahan juga terus melambat. Luas lantai properti yang terjual pada delapan bulan pertama tahun ini turun 4,7% secara tahunan. Penurunan ini lebih dalam dibanding kontraksi 4,0% pada periode Januari–Juli, memperlihatkan lemahnya minat pembeli rumah.

Tak hanya penjualan, aktivitas konstruksi pun tertekan. Data menunjukkan luas lantai pembangunan baru anjlok 19,5% secara tahunan, setelah sebelumnya menyusut 19,4% pada periode Januari–Juli. Angka ini menandakan pengembang menahan proyek baru karena sulitnya pasar menyerap pasokan.

Pendanaan untuk sektor properti juga terus menipis. Sepanjang Januari–Agustus, dana yang berhasil dihimpun pengembang menyusut 8,0%. Angka ini lebih rendah dibanding penurunan 7,5% pada Januari–Juli, mencerminkan semakin sulitnya perusahaan mengakses modal untuk melanjutkan proyek.

Tekanan juga datang dari sisi harga rumah baru. Data Biro Statistik Nasional mencatat harga turun 0,3% pada Agustus dibanding bulan sebelumnya. Penurunan yang sama terjadi di Juli, memperpanjang tren pelemahan yang berlangsung sejak Mei 2023.

Secara tahunan, harga rumah baru terkontraksi 2,5% pada Agustus. Angka ini memang lebih baik dibanding penurunan 2,8% pada Juli, namun tetap menunjukkan tekanan besar di pasar perumahan yang belum pulih. Harga yang terus turun berpotensi mengurangi kepercayaan konsumen untuk membeli rumah.

Pelemahan sektor properti China juga menimbulkan efek domino bagi perekonomian. Industri terkait seperti baja, semen, hingga sektor perbankan ikut terdampak. Hal ini membuat risiko terhadap stabilitas keuangan semakin meningkat jika tekanan berlanjut lebih lama.

Pemerintah China sebenarnya telah meluncurkan serangkaian kebijakan, mulai dari relaksasi kredit hingga insentif bagi pembeli rumah pertama. Namun, hasilnya belum terlihat signifikan. Pasar masih dibayangi sentimen negatif akibat krisis utang pengembang besar dan ketidakpastian ekonomi global.

Dengan tren penurunan di hampir semua indikator, mulai dari investasi, penjualan, pembangunan, pendanaan, hingga harga rumah, sektor properti diperkirakan akan tetap menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi China. Hal ini memperlihatkan betapa sulitnya pemulihan sektor yang selama dua dekade terakhir menjadi motor utama pertumbuhan negara tersebut.