Jamkrindo

Kalau Semua Stop Belanja Seminggu, Siapa yang Paling Kena Dampaknya?

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 17 Oct 2025, 07:08 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Aktivitas belanja masyarakat memiliki peran besar dalam menjaga perputaran ekonomi nasional. Jika masyarakat berhenti berbelanja selama seminggu saja, dampaknya bisa terasa signifikan terhadap perekonomian, terutama di sektor ritel dan usaha kecil menengah.

Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Artinya, ketika masyarakat menahan diri untuk tidak berbelanja, perputaran uang di pasar otomatis melambat dan memengaruhi banyak sektor.

Bagi pelaku usaha kecil seperti pedagang pasar, warung makan, dan toko daring, satu minggu tanpa transaksi dapat berarti hilangnya pendapatan harian. Kondisi ini berpotensi menekan arus kas dan membuat sebagian pelaku usaha kesulitan membayar gaji karyawan atau membeli bahan baku.

Sementara itu, sektor produksi juga ikut terdampak. Permintaan yang menurun tajam akan mendorong produsen menunda aktivitas produksi. Dalam jangka pendek, ini bisa menyebabkan penumpukan stok dan perlambatan rantai pasok barang konsumsi.

Dampak lain muncul pada penerimaan negara. Setiap transaksi penjualan menghasilkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sehingga penurunan aktivitas belanja akan otomatis menekan pendapatan pajak, meskipun hanya untuk jangka waktu singkat.

Selain sektor riil, sistem keuangan juga ikut melambat. Transaksi digital melalui e-wallet dan perbankan berkurang drastis, mengurangi sirkulasi dana antar lembaga keuangan. Jika berlangsung lebih lama, hal ini bisa menekan likuiditas di pasar uang.

Pasar modal pun bisa merespons negatif. Investor menilai penurunan konsumsi sebagai sinyal melambatnya ekonomi, yang berpotensi menekan harga saham emiten sektor ritel, konsumsi, dan perbankan.

Dari sisi sosial, aktivitas belanja juga terkait dengan kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Ketika orang enggan berbelanja, itu bisa menjadi tanda menurunnya optimisme dan kepercayaan konsumen, yang berdampak pada perlambatan pemulihan ekonomi.

Ekonom menilai bahwa konsumsi masyarakat bukan sekadar urusan pengeluaran, melainkan indikator kepercayaan terhadap masa depan ekonomi. Karena itu, menjaga aktivitas belanja tetap stabil berarti menjaga daya hidup perekonomian nasional.

Jika masyarakat menahan belanja terlalu lama, ekonomi bisa kehilangan momentum pertumbuhannya. Dalam konteks yang lebih luas, kebijakan pemerintah dan pelaku usaha perlu mendorong rasa aman dan optimisme agar konsumsi tetap terjaga.