Jamkrindo

Kemenperin: Ada Rencana Investasi Industri Petrokimia 31,41 Miliar Dolar AS hingga 2030

Oleh Farida Ratnawati pada 09 Jul 2024, 09:18 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, adanya rencana investasi di sektor industri petrokimia mencapai 31,41 miliar dolar AS hingga 2030. Hal ini perlu didorong lantaran utilisasi industri petrokimia RI masih sangat kecil.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Reni Yanita menjelaskan, angka tersebut didapat dari rencana investasi yang dilakukan oleh PT Chandra Asri Perkasa sebesar 5 miliar dolar AS, PT Lotte Chemical Indonesia 4 miliar dolar AS, PT Sulfindo Adiusaha 193 juta dolar AS, Proyek Olefin TPPI Tuban 3,9 miliar dolar AS serta PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia sebesar 16,5-18 miliar dolar AS.

"Jadi, memang rencananya proyek industri petrokimia sampai 2030 mencapai 31,41 miliar dolar AS," ujar Reni dalam diskusi media tentang Permendag Nomor 8 Tahun 2024, Wujud Nyata Denormalisasi Industri Petrokimia Nasional di kantor Kemenperin, Jakarta, Senin, 8 Juli.

Reni mengatakan, rencana investasi tersebut guna memenuhi kebutuhan bahan baku plastik nasional yang merupakan turunan dari industri petrokimia. Mengingat, total impor sektor tersebut masih cukup tinggi.

Adapun total impor produk petrokimia secara keseluruhan pada 2022 mencapai 7,75 juta ton yang memiliki nilai perdagangan senilai 10,5 miliar dolar AS serta meningkat kuantitasnya menjadi 8,5 juta ton pada 2023.

Menurut Reni, untuk mewujudkan rencana investasi tersebut perlu penyesuaian regulasi yang mendukung keberlanjutan ekosistem industri petrokimia. Seperti halnya menerapkan larangan dan pembatasan (lartas) impor untuk produk hulu dan hilir sektor ini, sehingga iklim industri dalam negeri terjaga dengan baik.

"Beberapa investor sudah berencana untuk melakukan investasi terkait bahan baku plastik. Namun dikarenakan regulasi yang bertujuan mengontrol impor dicabut, membuat investor berpikir kembali untuk melakukan investasi di Indonesia," tuturnya.

"Jadi, kalau tidak dibarengi dengan kebijakan impor yang tepat, mungkin ini beberapa puluh tahun lagi kami akan mendapatkan. Atau bahkan mereka beralih ke negara tetangga kami, ASEAN," imbuhnya.

Tag Terkait