JAKARTA, Cobisnis.com – Krisis di satu negara kini bisa memengaruhi kondisi ekonomi negara lain. Keterkaitan perdagangan, investasi, dan rantai pasok global membuat dampak ekonomi cepat menyebar lintas batas negara.
Perdagangan internasional menjadi saluran utama. Jika negara A mengalami krisis dan mengurangi impor, negara B kehilangan pasar ekspor, menurunkan pendapatan dan pertumbuhan sektor produksi.
Investasi lintas negara juga terpengaruh. Data Bank Dunia menunjukkan, aliran modal global turun rata-rata 15% saat terjadi krisis di salah satu ekonomi besar, memengaruhi pasar saham dan mata uang negara lain.
Rantai pasok global menjadi rentan. Banyak industri bergantung pada bahan baku dari berbagai negara. Krisis politik atau energi di satu negara dapat menyebabkan kelangkaan barang dan kenaikan harga di negara tujuan.
Fluktuasi nilai tukar ikut menyebar. Depresiasi mata uang negara terdampak memengaruhi perdagangan, utang luar negeri, dan harga komoditas yang diekspor negara lain.
Krisis juga menimbulkan efek psikologis global. Kepercayaan investor dan konsumen menurun, mendorong penurunan konsumsi dan investasi di negara lain sebagai langkah antisipatif.
Selain itu, sektor perbankan internasional terhubung melalui pinjaman dan kredit. Krisis satu negara berpotensi menimbulkan risiko gagal bayar, memengaruhi likuiditas bank di negara lain.
Negara-negara berkembang lebih rentan. Ketergantungan pada ekspor komoditas atau investasi asing membuat mereka lebih terpengaruh saat ekonomi global terguncang.
Pakar ekonomi menekankan pentingnya diversifikasi perdagangan dan cadangan devisa. Strategi ini membantu negara menahan dampak krisis eksternal dan menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Kesimpulannya, dalam ekonomi global, krisis tidak berdiri sendiri. Hubungan perdagangan, investasi, rantai pasok, dan kepercayaan pasar membuat stabilitas satu negara berdampak pada negara lain.