JAKARTA, Cobisnis.com – Negara yang hanya mengandalkan sumber daya alam menghadapi risiko ekonomi serius. Ketergantungan pada komoditas tertentu membuat pendapatan sangat dipengaruhi fluktuasi harga global.
Fluktuasi harga komoditas, seperti minyak, gas, dan logam, dapat mengurangi pendapatan negara secara drastis. Penurunan harga 20–30% dalam jangka pendek sudah cukup memengaruhi anggaran pemerintah.
Kurangnya diversifikasi ekonomi menambah kerentanan. Negara yang tidak mengembangkan sektor lain, seperti manufaktur atau jasa, kesulitan menstabilkan pertumbuhan ekonomi saat permintaan SDA menurun.
Fenomena “Dutch Disease” kerap muncul. Apresiasi mata uang akibat ekspor SDA membuat produk lokal lain tidak kompetitif di pasar internasional, sehingga ekspor sektor non-SDA menurun.
Ketergantungan berlebihan juga memicu ketimpangan sosial. Pendapatan dari SDA sering terpusat pada pemerintah atau segelintir perusahaan, menimbulkan kesenjangan ekonomi yang tinggi.
Risiko politik ikut meningkat. Ketergantungan pada SDA dapat memicu konflik internal, korupsi, dan ketidakstabilan jika keuntungan tidak didistribusikan merata ke masyarakat.
Sumber daya alam bersifat terbatas. Eksploitasi berlebihan tanpa pengelolaan berkelanjutan berpotensi menghabiskan cadangan, sehingga ekonomi negara menjadi sangat rentan.
Negara yang hanya mengandalkan SDA juga berisiko kehilangan momentum pembangunan jangka panjang. Tanpa investasi di sektor lain, peluang lapangan kerja dan pertumbuhan industri menjadi terbatas.
Pakar ekonomi menekankan pentingnya diversifikasi. Investasi pada manufaktur, teknologi, dan jasa akan mengurangi ketergantungan terhadap SDA serta menjaga stabilitas ekonomi.
Kesimpulannya, pengelolaan SDA yang cermat, diversifikasi ekonomi, dan pembangunan sektor non-SDA menjadi strategi penting agar negara tidak terperangkap dalam risiko ekonomi jangka panjang.