Jamkrindo

Menyingkap Ancaman Senyap Hepatitis: Pentingnya Deteksi Dini Sebelum Terlambat

Oleh Muh. Abdi Sesardiman pada 01 Aug 2025, 09:19 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com - Indonesia menghadapi tantangan besar dari hepatitis, peradangan hati yang sering kali disebut sebagai "epidemi diam". Kondisi ini menjadi ancaman serius karena banyak penderitanya tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, bahkan sejak kecil. Virus hepatitis, terutama tipe B dan C, dapat bersembunyi selama bertahun-tahun tanpa gejala, baru terdeteksi ketika sudah menyebabkan kerusakan hati yang parah, seperti sirosis atau kanker.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, diperkirakan ada 28 juta penduduk Indonesia yang mengidam hepatitis B atau C, namun sayangnya, hanya sekitar 10% yang telah terdiagnosis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menegaskan bahwa penyakit ini sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda spesifik hingga mencapai stadium lanjut. Ini menunjukkan betapa krusialnya kesadaran dan deteksi dini untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

Hepatitis pada Anak dan Dewasa: Gejala yang Sering Terlewatkan

Penularan hepatitis B paling sering terjadi dari ibu ke bayi saat persalinan. dr. Ahmar Abyadh, seorang ahli

Gastroenterologi-Hepatologi, menjelaskan bahwa infeksi ini bisa terjadi sejak lahir dan menetap seumur hidup tanpa menunjukkan gejala. Pada anak-anak, tanda-tanda yang muncul sering kali ringan dan disalahartikan sebagai penyakit biasa, seperti:

• Penurunan nafsu makan

• Rewel

• Mudah lelah

• Urine berwarna gelap

• Tinja pucat

• Kulit atau mata yang menguning

Sayangnya, banyak orang tua tidak menyadari tanda-tanda ini. Pada orang dewasa, gejala seperti kelelahan ekstrem, mual, muntah, dan nyeri di perut kanan atas juga sering kali diabaikan.

Siapa yang Berisiko dan Bagaimana Pencegahannya?

Hepatitis dapat menyerang siapa saja. Kelompok risiko dibagi berdasarkan usia:

• Anak-anak dan remaja: Rentan terhadap hepatitis A dan E yang menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

• Usia produktif (20-49 tahun): Berisiko terinfeksi hepatitis B dan C melalui kontak seksual yang tidak aman, transfusi darah, atau penggunaan jarum suntik yang tidak steril.

• Lansia: Berisiko karena penggunaan obat-obatan jangka panjang dan penurunan fungsi hati.

Meski demikian, ada kabar baik. Hepatitis B dapat dikendalikan dengan terapi antivirus, sementara hepatitis C dapat disembuhkan total dengan pengobatan modern yang memiliki tingkat keberhasilan hingga 95%. Jenis hepatitis A dan E juga dapat sembuh sepenuhnya.

Solusi untuk Mengatasi Beban Hepatitis di Indonesia

Meskipun teknologi medis terus berkembang, para ahli menekankan bahwa kebijakan publik yang proaktif sangat dibutuhkan. Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini termasuk:

• Memperluas cakupan vaksinasi hepatitis B, terutama untuk bayi baru lahir.

• Menyediakan skrining gratis bagi kelompok berisiko tinggi.

• Meningkatkan edukasi dan pelatihan bagi tenaga kesehatan.

Hepatitis bukan hanya masalah medis, tetapi juga masalah kesadaran. Jangan menunggu hingga muncul gejala yang terlihat, seperti kulit menguning, karena itu bisa menjadi pertanda bahwa kondisi sudah memburuk. Lakukan tes deteksi dini dan berikan edukasi kepada keluarga untuk menjaga kesehatan hati. Kesehatan hati yang baik adalah kunci untuk masa depan yang lebih sehat.

Tag Terkait