JAKARTA, Cobisnis.com – Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, dan Kuwait dikenal sebagai negara yang tidak memberlakukan pajak penghasilan pribadi. Kebijakan ini dimungkinkan karena besarnya pendapatan negara yang bersumber dari ekspor minyak dan gas.
Dengan cadangan energi melimpah, tiga negara Teluk ini mengadopsi model ekonomi rentier state atau negara penghasil rente. Artinya, anggaran negara bertumpu pada royalti minyak dan gas, sehingga beban fiskal tidak perlu dibebankan kepada warga melalui pajak penghasilan.
Pendapatan energi yang signifikan telah memungkinkan pemerintah menyediakan berbagai fasilitas publik. Mulai dari layanan kesehatan gratis, subsidi energi, hingga pendidikan yang terjangkau, semua dibiayai dari kas negara yang ditopang ekspor migas.
Uni Emirat Arab tidak hanya bergantung pada minyak, tetapi juga mengembangkan sektor pariwisata, real estate, dan keuangan. Kota Dubai dan Abu Dhabi menjadi pusat bisnis internasional yang menarik investasi global.
Qatar, dengan kekayaan gas alam cair (LNG), menjadi salah satu eksportir terbesar di dunia. Pendapatan dari sektor ini menopang belanja negara dan pembangunan infrastruktur berskala besar, termasuk penyelenggaraan ajang olahraga dunia.
Kuwait, meski memiliki perekonomian lebih kecil dibanding dua tetangganya, tetap mengandalkan minyak sebagai tulang punggung. Sekitar 90 persen pendapatan pemerintah berasal dari ekspor minyak mentah, menjadikannya salah satu negara paling bergantung pada sektor energi.
Sistem tanpa pajak penghasilan pribadi juga menjadikan tiga negara ini magnet bagi pekerja asing. Gaji bersih yang diterima ekspatriat jauh lebih tinggi dibanding negara dengan tarif pajak progresif, sehingga tenaga kerja global berbondong-bondong ke kawasan Teluk.
Namun, kebijakan ini bukan tanpa risiko. Fluktuasi harga minyak di pasar internasional dapat langsung memengaruhi stabilitas anggaran negara. Ketika harga minyak jatuh, pemasukan negara berkurang drastis, sehingga muncul dorongan untuk diversifikasi ekonomi.
UEA dan Qatar kini gencar memperluas sumber pendapatan non-migas. Sektor pariwisata, transportasi udara, hingga event olahraga internasional dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Kuwait, sebaliknya, masih menghadapi tantangan besar dalam melakukan transformasi ekonomi.
Ke depan, keberhasilan negara-negara Teluk dalam menjaga daya tarik ekonomi tanpa pajak penghasilan akan sangat bergantung pada strategi diversifikasi. Ketahanan fiskal jangka panjang harus dibangun agar model ekonomi ini tetap relevan di tengah transisi energi global.