JAKARTA, Cobisnis.com – Pensil modern yang digunakan hingga saat ini berawal dari inovasi Nicolas-Jacques Conté, seorang ilmuwan sekaligus insinyur asal Prancis. Pada tahun 1795, Conté memperkenalkan teknik baru dengan mencampurkan serbuk grafit dan tanah liat, kemudian membakarnya hingga membentuk batang padat yang selanjutnya dilapisi kayu. Metode ini menghasilkan pensil yang lebih kokoh dan stabil dibandingkan penggunaan grafit murni seperti sebelumnya.
Meski penggunaan grafit sebagai alat tulis telah dikenal sejak era 1560-an, temuan Conté menjadi fondasi utama bagi pensil modern karena mampu menjawab keterbatasan material pada masa itu.
Inovasi ini lahir dari situasi perang, ketika Inggris menguasai pasokan grafit berkualitas tinggi. Kondisi tersebut memaksa Prancis mencari solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan alat tulis bagi tentara. Conté kemudian mengolah grafit berkualitas rendah dengan mencampurnya bersama tanah liat basah, membentuknya menjadi batang, lalu memanggangnya hingga mengeras.
Hasilnya, pensil buatan Conté tidak hanya lebih tahan patah, tetapi juga mampu menghasilkan tingkat kehitaman yang bervariasi. Perbedaan gradasi warna ini ditentukan oleh perbandingan grafit dan tanah liat dalam campuran, konsep yang masih digunakan hingga sekarang.
Pengembangan pensil terus berlanjut setelah penemuan Conté. Henry David Thoreau kemudian menyempurnakan teknik pemurnian grafit serta memperkenalkan sistem penomoran pensil, seperti HB, 2B, dan 3B, yang menjadi standar internasional. Sementara itu, pada tahun 1858, Hymen Lipman mematenkan pensil dengan penghapus di ujungnya, menjadikan alat tulis ini semakin praktis dan fungsional.
Rangkaian inovasi tersebut membentuk evolusi pensil hingga menjadi alat tulis sederhana namun esensial yang digunakan di seluruh dunia hingga saat ini.