Jamkrindo

Pendiri INDEF Nilai Dampak Program MBG Tak Biasa, Dorong Arah Baru Ekonomi Nasional

Oleh Dwi Natasya pada 31 Dec 2025, 11:17 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan hampir satu tahun dinilai membawa dampak yang melampaui program bantuan sosial pada umumnya. Pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, SE, MS, DEA, menilai MBG sebagai kebijakan yang berpotensi mengubah arah pembangunan ekonomi Indonesia secara fundamental.

Menurut Prof. Didin, MBG merepresentasikan pendekatan baru dalam ekonomi pembangunan yang menitikberatkan pada penguatan kualitas sumber daya manusia. Selama ini, banyak negara berkembang termasuk Indonesia lebih menekankan pertumbuhan ekonomi tinggi meski harus mengorbankan pemerataan. Berbeda dengan pola tersebut, MBG mengusung prinsip human resource economics yang mulai menjadi perhatian global sejak awal 1990-an.

Ia menilai, apabila program MBG dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan, maka pola pikir pembangunan ekonomi nasional akan bergeser dari dominasi pembangunan fisik menuju investasi pada manusia. Program ini menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat, terutama dalam memperbaiki ketimpangan gizi dan akses pendidikan.

Intervensi negara melalui pemenuhan gizi disebut sangat strategis. Dampaknya tidak hanya dirasakan secara individual, tetapi juga berpengaruh besar terhadap struktur ekonomi nasional. Dengan sasaran utama masyarakat kelas bawah, program ini berpotensi memperkecil kesenjangan sosial dan meningkatkan kualitas hidup dalam jangka panjang.

Dampak MBG juga terlihat nyata di tingkat sekolah. Di SMAN 1 Taraju, Tasikmalaya, program ini membawa perubahan pada kebiasaan makan siswa. Salah satu siswa kelas XI, Alfi Alfian, mengaku kini tidak lagi bergantung pada jajanan ringan dan merasa terbantu karena tidak perlu membawa bekal dari rumah. Program ini juga dirasakan meringankan beban orang tua.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Taraju, Nurhayati, mencatat adanya perubahan positif pada perilaku siswa sejak MBG diterapkan. Tingkat kehadiran meningkat, kebiasaan jajan berkurang, dan pengeluaran harian siswa menjadi lebih hemat. Ia menilai asupan gizi yang lebih baik turut meningkatkan semangat belajar dan kesehatan siswa.

Program MBG juga memberikan dampak tambahan bagi tenaga pendidik. Guru honorer yang terlibat dalam proses distribusi makanan memperoleh tambahan penghasilan di luar gaji rutin, sehingga program ini ikut memperkuat ekosistem sekolah.

Konsistensi pemerintah menjalankan MBG, termasuk saat masa libur sekolah, dinilai sebagai bentuk keseriusan dalam mencegah stunting dan memperbaiki kualitas gizi anak-anak Indonesia secara berkelanjutan.

Di sisi lain, keberadaan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) turut menggerakkan ekonomi lokal. SPPG menyerap bahan pangan dari petani dan peternak setempat serta membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Hal ini menjadikan MBG tidak hanya berdampak pada penerima manfaat, tetapi juga pada pelaku ekonomi daerah.

Mitra SPPG di Cibuntu, Tasikmalaya, Tino Rirantino, menyampaikan bahwa keberadaan SPPG memberikan kontribusi nyata bagi pasar lokal dan pelaku usaha pangan. Ia menilai SPPG berperan sebagai penghubung strategis antara program nasional dan ekonomi daerah.

Prof. Didin menambahkan bahwa berbagai kendala teknis yang muncul pada tahun pertama pelaksanaan MBG telah berhasil ditangani dan dikonsolidasikan oleh Badan Gizi Nasional. Menurutnya, hal ini menciptakan optimisme jangka panjang terhadap arah pembangunan Indonesia yang lebih berbasis pengetahuan dan inklusif.

Ia menegaskan bahwa dampak MBG tidak hanya dirasakan oleh kelompok tertentu, tetapi berpotensi melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam pembangunan ekonomi nasional ke depan.