JAKARTA, COBISNIS.COM - Polemik terkait menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali mencuat ke permukaan. Jika sebelumnya muncul kontroversi mengenai penggunaan susu ikan, kali ini perdebatan bergeser ke usulan pemakaian ikan kaleng sebagai lauk pendamping program MBG. Di media sosial, meski banyak yang mendukung gagasan ini, sebagian masyarakat tetap menolak ikan olahan dalam kemasan kaleng sebagai pilihan menu MBG.
Usulan untuk menggunakan ikan kaleng, termasuk jenis sarden, pertama kali diajukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan alasan bahwa ikan kaleng memiliki kandungan protein yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam program tersebut. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistyo, menjelaskan bahwa ikan kaleng termasuk dalam kategori produk olahan ikan sehingga dapat dijadikan bahan utama dalam program makan bergizi gratis.
Budi menyampaikan bahwa selain sarden, beberapa jenis ikan lain seperti tongkol dalam kaleng serta ikan kaleng berbumbu turut diusulkan untuk program MBG. Dia menambahkan bahwa semua usulan telah disampaikan kepada Badan Gizi Nasional untuk dipertimbangkan lebih lanjut. Menurut Budi, KKP telah memberikan informasi berupa katalog kepada Badan Gizi Nasional untuk membantu mereka dalam memilih bahan yang sesuai.
Sejalan dengan usulan ini, KKP juga menerapkan standar tertentu pada ikan kaleng, mulai dari kebersihan hingga pengemasan dan proses pengolahan yang memenuhi kriteria sebelum dapat digunakan dalam program MBG. Budi mengungkapkan bahwa pemakaian ikan kaleng dalam menu makan bergizi gratis diusulkan atas dasar kemudahan akses terhadap sumber protein. Ia menjelaskan bahwa tidak semua wilayah di Indonesia memiliki akses mudah ke ikan segar. Di wilayah pesisir, menurutnya, ikan segar memang mudah didapatkan. Namun, ketika menuju daerah pedalaman, terutama di area yang fasilitas rantai dinginnya belum tersedia, ikan kaleng dianggap sebagai solusi yang lebih praktis.
Menanggapi pandangan masyarakat yang menganggap nutrisi ikan kaleng lebih rendah dibandingkan ikan segar, Budi menyatakan bahwa KKP berencana melakukan edukasi dan sosialisasi untuk mengubah pandangan ini. Sosialisasi tersebut akan ditujukan kepada pihak yang terlibat dalam proses memasak program MBG. Budi menjelaskan bahwa KKP akan memberikan pemahaman kepada seluruh dapur penyedia MBG, khususnya mengenai cara mengolah ikan agar tidak mudah rusak, sehingga hasil masakan tetap layak untuk dikonsumsi.
Usulan untuk menggunakan ikan kaleng, termasuk jenis sarden, pertama kali diajukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan alasan bahwa ikan kaleng memiliki kandungan protein yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam program tersebut. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistyo, menjelaskan bahwa ikan kaleng termasuk dalam kategori produk olahan ikan sehingga dapat dijadikan bahan utama dalam program makan bergizi gratis.
Budi menyampaikan bahwa selain sarden, beberapa jenis ikan lain seperti tongkol dalam kaleng serta ikan kaleng berbumbu turut diusulkan untuk program MBG. Dia menambahkan bahwa semua usulan telah disampaikan kepada Badan Gizi Nasional untuk dipertimbangkan lebih lanjut. Menurut Budi, KKP telah memberikan informasi berupa katalog kepada Badan Gizi Nasional untuk membantu mereka dalam memilih bahan yang sesuai.
Sejalan dengan usulan ini, KKP juga menerapkan standar tertentu pada ikan kaleng, mulai dari kebersihan hingga pengemasan dan proses pengolahan yang memenuhi kriteria sebelum dapat digunakan dalam program MBG. Budi mengungkapkan bahwa pemakaian ikan kaleng dalam menu makan bergizi gratis diusulkan atas dasar kemudahan akses terhadap sumber protein. Ia menjelaskan bahwa tidak semua wilayah di Indonesia memiliki akses mudah ke ikan segar. Di wilayah pesisir, menurutnya, ikan segar memang mudah didapatkan. Namun, ketika menuju daerah pedalaman, terutama di area yang fasilitas rantai dinginnya belum tersedia, ikan kaleng dianggap sebagai solusi yang lebih praktis.
Menanggapi pandangan masyarakat yang menganggap nutrisi ikan kaleng lebih rendah dibandingkan ikan segar, Budi menyatakan bahwa KKP berencana melakukan edukasi dan sosialisasi untuk mengubah pandangan ini. Sosialisasi tersebut akan ditujukan kepada pihak yang terlibat dalam proses memasak program MBG. Budi menjelaskan bahwa KKP akan memberikan pemahaman kepada seluruh dapur penyedia MBG, khususnya mengenai cara mengolah ikan agar tidak mudah rusak, sehingga hasil masakan tetap layak untuk dikonsumsi.