JAKARTA, Cobisnis.com – Pfizer mengajukan gugatan terhadap Metsera dan Novo Nordisk, dengan tuduhan bahwa Metsera melanggar kewajiban dalam perjanjian merger setelah menyatakan tawaran senilai 8,5 miliar dolar AS dari Novo Nordisk sebagai penawaran yang lebih baik.
Pfizer meminta pengadilan Delaware untuk mengeluarkan perintah penahanan sementara agar Metsera tidak dapat membatalkan kesepakatan tersebut. Metsera memberi batas waktu hingga Selasa bagi Pfizer untuk menaikkan tawarannya, sementara Pfizer menginginkan rapat pemegang saham tetap dilaksanakan pada 13 November. Gugatan ini diajukan setelah Pfizer menerima persetujuan awal dari Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) terkait rencana akuisisi Metsera senilai 7,3 miliar dolar AS. FTC memberikan persetujuan lebih cepat dari tenggat waktu 7 November.
“Gugatan Pfizer terhadap Novo Nordisk tidak berdasar, dan kami akan membela diri dengan tegas di pengadilan,” ujar juru bicara Novo Nordisk.
Metsera dalam pernyataannya menyebut bahwa pihaknya tidak sependapat dengan tuduhan Pfizer dan akan menanggapinya di pengadilan.
PERSAINGAN AKUISISI SEJAK AWAL 2024
Persaingan antara Pfizer dan Novo Nordisk untuk mengakuisisi Metsera bermula sejak awal 2024. Kedua perusahaan telah melakukan pembicaraan dengan Metsera, yang dikenal mengembangkan terapi eksperimental untuk penurunan berat badan. Novo Nordisk pembuat Wegovy dan Ozempicberusaha merebut kembali pangsa pasar obat obesitas setelah kalah bersaing dari Eli Lilly.
Sementara itu, Pfizer yang belum memiliki produk penurun berat badan, berharap akuisisi Metsera dapat membantunya masuk ke pasar obat obesitas global senilai 150 miliar dolar AS serta mengimbangi penurunan pendapatan dari produk COVID dan potensi kedaluwarsa paten.
Pfizer menuduh tawaran Novo merupakan upaya ilegal dari pemain dominan untuk menekan kompetisi di pasar obat obesitas yang berkembang pesat.
Menurut gugatan, Novo mengajukan penawaran pertamanya pada 23 Januari 2025 senilai 2 miliar dolar AS, namun ditolak oleh dewan Metsera karena dianggap terlalu rendah dan berisiko tinggi secara regulasi. Pfizer kemudian masuk dengan penawaran awal 30 dolar per saham pada 2 Juni, yang diikuti beberapa peningkatan nilai tawaran. Meskipun dewan Metsera menolak, negosiasi dengan Pfizer terus berlanjut.
Pada September, kedua pihak kembali mengajukan proposal revisi. Pfizer menilai tawaran terakhir Novo pada 20 September yang melibatkan struktur saham non-voting dan dividen sebagai terlalu berisiko.
ISU ANTITRUST DAN KEPEMILIKAN ASING.
Sebelum Novo secara resmi memperbarui tawarannya pada 25 Oktober, Pfizer menuduh bahwa kedua pihak telah menyiapkan transaksi secara diam-diam. Dalam gugatan disebutkan bahwa perwakilan Novo telah menjalin komunikasi dengan pejabat pemerintah mengenai isu regulasi, yang menunjukkan adanya koordinasi awal.
Selain itu, firma hukum utama Metsera disebut meminta pengabaian konflik kepentingan dari Pfizer beberapa hari sebelum tawaran Novo diajukan, meskipun sebelumnya tidak pernah ada indikasi konflik selama negosiasi. Pfizer menilai hal ini menunjukkan pembicaraan telah berlangsung sebelum penawaran dipublikasikan, sehingga berpotensi melanggar klausul non-solicitation dalam perjanjian merger.
Pfizer menekankan posisinya sebagai perusahaan Amerika Serikat, sementara Novo Nordisk disebut sebagai pesaing asing. Dalam surat kepada Metsera, pengacara Pfizer menulis bahwa kesepakatan dengan Novo Nordisk “mungkin akan menarik perhatian CFIUS,” yaitu badan pemerintah AS yang meninjau investasi asing di Amerika Serikat.
Pfizer meminta pengadilan untuk menyatakan bahwa tawaran Novo Nordisk bukan merupakan penawaran yang lebih baik sesuai perjanjian merger, serta menuntut ganti rugi dan langkah hukum tambahan untuk mencegah transaksi tersebut.