Jamkrindo

RI Berpotensi Hiperinflasi 12 Persen, Bamsoet: KIta Tak Boleh Lalai

Oleh Farida Ratnawati pada 16 Aug 2022, 15:56 WIB

JAKARTA,Cobisnis.com - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan, pemerintah perlu memperhatikan betul tren kenaikan inflasi yang berpotensi memberikan tekanan tambahan bagi perekonomian Indonesia.

Menurut Bamsoet, tren kenaikan inflasi tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di seluruh negara dunia.

"Kenaikan inflasi dapat menjadi ancaman bagi perekonomian nasional, kita tidak boleh lalai," ujar Bamsoet dalam Sidang Tahunan MPR 2022 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Selasa 16 Agustus.

Bamsoet menjelaskan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju inflasi Indonesia per Juli 2022 berada di level 4,94 persen, dan pada bulan Agustus diprediksi akan meningkat pada kisaran 5 hingga 6 persen.

Bahkan, dia pada bulan September 2022, kita diprediksi akan menghadapi ancaman hiper-inflasi, dengan angka inflasi pada kisaran 10 hingga 12 persen.

"Laju kenaikan inflasi, disertai dengan lonjakan harga pangan dan energi, semakin membebani masyarakat, yang baru saja bangkit dari pademi COVID-19, " tuturnya.

Bambang menambahkan, lonjakan harga minyak dunia pada awal April 2022 diperkirakan mencapai 98 US dolar per barel.

Angka ini jauh melebihi asumsi APBN 2022 sebesar 63 dolar AS per barel.

Di sisi lain, sambung dia, beban subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) Pertalite, Solar, dan LPG sudah mencapai Rp502 triliun.

"Kenaikan harga minyak yang terlalu tinggi, tentunya akan menyulitkan kita dalam mengupayakan tambahan subsidi, untuk meredam tekanan inflasi. Tidak ada negara yang memberikan subsidi sebesar itu," tegas dia.

Nilai subsidi (beserta kompensasi) energi yang lebih dari setengah kuadraliun itu merupakan hasil penambahan pemerintah dari sebelumnya hanya berkisar di angka Rp100 triliun.