JAKARTA, Cobisnis.com – Produk budaya populer kini tidak lagi sekadar hiburan, tetapi sudah bertransformasi menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar di dunia. Fenomena ini dapat dilihat dari Korea Selatan hingga Jepang, di mana musik, film, hingga animasi menjadi bagian penting dari strategi ekonomi.
Korea Selatan menjadi contoh paling menonjol melalui gelombang Hallyu. Industri K-Pop, drama Korea, dan film berhasil menembus pasar global dengan nilai ekspor yang fantastis. Konser grup musik papan atas seperti BTS bahkan mampu menyumbang ratusan juta dolar hanya dari satu tur dunia.
Industri hiburan Korea tidak hanya menghasilkan devisa dari penjualan tiket, album, atau lisensi film. Ekosistemnya merambah sektor lain, seperti kosmetik, fashion, kuliner, hingga pariwisata, yang seluruhnya ikut terdongkrak berkat popularitas budaya Korea.
Data pemerintah Korea menunjukkan, pada 2023 ekspor produk budaya dan konten kreatif menyumbang miliaran dolar. Angka ini menempatkan industri hiburan sebagai salah satu komoditas non-tradisional yang semakin diperhitungkan.
Fenomena serupa juga terjadi di Jepang dengan anime dan manga. Produk animasi dan komik tidak hanya mendominasi pasar domestik, tetapi juga menembus pasar internasional dengan nilai yang besar. Merchandise, mainan, hingga wisata bertema anime menciptakan rantai pasok ekonomi yang kuat.
Industri anime Jepang bahkan tercatat sebagai salah satu ekspor jasa budaya terbesar di Asia. Film layar lebar dan serial populer berhasil menjangkau pasar Eropa hingga Amerika, menjadikan Jepang pemain utama dalam perdagangan konten global.
Produk budaya populer juga memperkuat posisi negara di panggung internasional. Selain keuntungan finansial, ada nilai tambah berupa soft power yang mampu memengaruhi persepsi global dan meningkatkan daya tarik negara di mata dunia.
Dengan berkembangnya teknologi digital dan media sosial, distribusi budaya populer semakin cepat. Hal ini membuat produk hiburan lebih mudah diakses lintas batas negara, memperluas pasar, dan menciptakan peluang ekonomi baru.
Pengaruh budaya populer pada perekonomian global menunjukkan bahwa devisa tidak hanya datang dari sektor tradisional seperti manufaktur atau pertambangan. Industri kreatif terbukti dapat menciptakan nilai tambah tinggi, berdaya saing, serta berkelanjutan.
Transformasi budaya populer menjadi mesin devisa membuka peluang bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk mengembangkan industri kreatifnya. Potensi besar dari musik, film, hingga kuliner dapat diarahkan menjadi kekuatan ekspor baru di era ekonomi global.