JAKARTA, Cobisnis.com – PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menggelar public expose untuk menyampaikan kinerja semester I-2025, sekaligus strategi menghadapi tantangan pada sisa tahun berjalan.
Sepanjang paruh pertama 2025, perseroan membukukan pendapatan konsolidasi Rp 2,11 triliun, turun 9,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 senilai Rp 2,34 triliun.
Segmen properti menjadi penopang utama dengan pertumbuhan 20% menjadi Rp 338,7 miliar, sementara konstruksi naik 6,2% menjadi Rp 1,70 triliun. Sebaliknya, lini perhotelan turun drastis 57,6% ke Rp 215,6 miliar akibat renovasi Hotel Melia Bali sejak Oktober 2024, yang tengah dipersiapkan relaunching sebagai Paradisus by Melia Bali.
Manajemen menjelaskan penurunan kinerja turut dipengaruhi faktor eksternal, mulai dari momentum “Liberation Day” yang menekan aktivitas bisnis, kebijakan efisiensi pemerintah, hingga ketidakpastian global yang menahan permintaan.
Meski demikian, SSIA tetap menatap 2025 dengan optimisme. VP Head of Investor Relations & Sustainability, Erlin Budiman, menegaskan prospek pertumbuhan didukung penjualan lahan industri Subang Smartpolitan serta kenaikan kontrak baru di sektor konstruksi.
“Operasional Paradisus Bali yang akan dimulai akhir 2025 diharapkan mampu mendorong lonjakan EBITDA pada 2026 hingga 2027,” jelas Erlin.
Untuk tahun ini, SSIA menargetkan pendapatan konsolidasi Rp 6 triliun. Realisasi marketing sales properti pada semester I tercatat 13,1 hektar atau 9,5% dari target 137 hektar, sementara kontrak baru konstruksi mencapai Rp 1,42 triliun atau 38% dari target 2025.
SSIA juga mengumumkan pembagian dividen Rp 70,6 miliar dari laba ditahan tahun buku 2024, setara Rp 15 per saham dengan yield 1,3% (harga penutupan 13 Juni 2025).
EBITDA konsolidasi semester I-2025 tercatat Rp 106 miliar, turun dibandingkan Rp 286,9 miliar pada tahun sebelumnya, terutama dipengaruhi kinerja perhotelan yang tertekan renovasi, dengan kontraksi EBITDA hingga Rp 198,1 miliar.
Sepanjang paruh pertama 2025, perseroan membukukan pendapatan konsolidasi Rp 2,11 triliun, turun 9,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 senilai Rp 2,34 triliun.
Segmen properti menjadi penopang utama dengan pertumbuhan 20% menjadi Rp 338,7 miliar, sementara konstruksi naik 6,2% menjadi Rp 1,70 triliun. Sebaliknya, lini perhotelan turun drastis 57,6% ke Rp 215,6 miliar akibat renovasi Hotel Melia Bali sejak Oktober 2024, yang tengah dipersiapkan relaunching sebagai Paradisus by Melia Bali.
Manajemen menjelaskan penurunan kinerja turut dipengaruhi faktor eksternal, mulai dari momentum “Liberation Day” yang menekan aktivitas bisnis, kebijakan efisiensi pemerintah, hingga ketidakpastian global yang menahan permintaan.
Meski demikian, SSIA tetap menatap 2025 dengan optimisme. VP Head of Investor Relations & Sustainability, Erlin Budiman, menegaskan prospek pertumbuhan didukung penjualan lahan industri Subang Smartpolitan serta kenaikan kontrak baru di sektor konstruksi.
“Operasional Paradisus Bali yang akan dimulai akhir 2025 diharapkan mampu mendorong lonjakan EBITDA pada 2026 hingga 2027,” jelas Erlin.
Untuk tahun ini, SSIA menargetkan pendapatan konsolidasi Rp 6 triliun. Realisasi marketing sales properti pada semester I tercatat 13,1 hektar atau 9,5% dari target 137 hektar, sementara kontrak baru konstruksi mencapai Rp 1,42 triliun atau 38% dari target 2025.
SSIA juga mengumumkan pembagian dividen Rp 70,6 miliar dari laba ditahan tahun buku 2024, setara Rp 15 per saham dengan yield 1,3% (harga penutupan 13 Juni 2025).
EBITDA konsolidasi semester I-2025 tercatat Rp 106 miliar, turun dibandingkan Rp 286,9 miliar pada tahun sebelumnya, terutama dipengaruhi kinerja perhotelan yang tertekan renovasi, dengan kontraksi EBITDA hingga Rp 198,1 miliar.