Jamkrindo

Tragedi Bromo: Satu Keluarga Tewas, Anak Sulung Jadi Yatim Piatu Seketika

Oleh Kaysan Usmani pada 15 Sep 2025, 12:20 WIB

Foto: Yulianto

PROBOLINGGO, Cobisnis.com - Sebuah kecelakaan tragis terjadi di jalur wisata Bromo, Probolinggo. Sebuah bus pariwisata yang membawa rombongan karyawan rumah sakit mengalami insiden maut, menewaskan delapan orang penumpang. Salah satu kisah paling menyayat hati datang dari keluarga kecil asal Jember, yang kehilangan tiga anggotanya sekaligus.

Keluarga tersebut adalah Hendra Pratama (37), seorang staf customer service di RSBS Jember. Ia menjadi korban bersama istrinya, Wardatus Soleha (35), dan putri bungsu mereka, Aiza Fahrani Agustin yang baru berusia 7 tahun. Tragisnya, hanya anak sulung mereka yang selamat, karena tidak ikut dalam perjalanan tersebut.

Menurut keterangan keluarga, pagi sebelum kecelakaan, Hendra dan keluarganya sempat mengunggah momen bahagia di WhatsApp. Foto mereka yang berpose ceria di atas mobil jeep dengan latar Gunung Bromo masih terlihat di status. Tak ada yang menyangka, beberapa jam kemudian kabar duka datang menghampiri.

“Pagi masih bisa lihat mereka tersenyum di foto, siang sudah ada kabar bus kecelakaan,” ujar Taufik Hidayah, paman Hendra, dengan suara bergetar. Bagi keluarga besar, kehilangan ini terasa begitu mendadak dan menyisakan luka yang dalam.

Jenazah Hendra, istrinya, dan sang putri dimakamkan di Desa Serut, Kecamatan Panti, Jember, yang merupakan kampung halaman Wardatus Soleha. Warga desa turut berduka dan ikut mengantarkan kepergian mereka.

Seharusnya, perjalanan wisata ini menjadi momen penyegar pikiran bagi para karyawan rumah sakit. Namun nasib berkata lain. Bus pariwisata Inds88 Trans bernopol P-7221-UG yang mereka tumpangi diduga mengalami rem blong saat melintas di Jalan Raya Boto, Kecamatan Lumbang, Probolinggo.

Dalam sekejap, suasana liburan berubah menjadi duka mendalam. Kecelakaan ini tak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menyisakan cerita pilu seorang anak sulung yang kini harus menjalani hidup tanpa orang tua dan adiknya. Tragedi ini menjadi pengingat betapa rapuhnya perjalanan hidup, di mana kebahagiaan bisa berganti duka hanya dalam hitungan jam.