JAKARTA, Cobisnis.com – Bitcoin lahir dari keresahan terhadap sistem keuangan global yang dinilai terlalu bergantung pada bank dan lembaga otoritas. Pada 2008, seorang figur misterius bernama Satoshi Nakamoto merilis dokumen berjudul Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System yang memaparkan konsep uang digital tanpa perantara.
Whitepaper tersebut hadir beberapa minggu setelah krisis finansial global 2008. Saat itu, kepercayaan publik terhadap bank melemah dan kebutuhan terhadap sistem keuangan alternatif makin kuat. Momentum inilah yang membuat ide Bitcoin mendapat perhatian luas.
Bitcoin dirancang sebagai uang digital yang bisa dikirim langsung antar pengguna tanpa bank. Teknologi kuncinya adalah blockchain, sebuah buku besar publik yang mencatat seluruh transaksi secara transparan dan tidak bisa diubah. Konsep ini kemudian menjadi fondasi ratusan ribu aset kripto lain di dunia.
Pada 3 Januari 2009, blok pertama Bitcoin—disebut Genesis Block—ditambang oleh Satoshi. Di dalamnya tersimpan pesan tersembunyi dari surat kabar Inggris mengenai bailout bank, yang semakin mempertegas Bitcoin sebagai kritik terhadap sistem finansial tradisional.
Beberapa hari setelahnya, perangkat lunak Bitcoin dirilis sebagai open-source. Artinya, siapa pun di dunia bisa mengunduhnya, ikut menambang, atau memeriksa kode sumbernya. Langkah ini mempercepat penyebaran Bitcoin sebagai proyek komunitas global.
Transaksi Bitcoin pertama kali terjadi pada 12 Januari 2009 antara Satoshi dan Hal Finney, seorang programmer dan pionir kriptografi. Nilainya bukan uang, melainkan sekadar percobaan teknis untuk membuktikan sistem berjalan.
Pada 2010, transaksi Bitcoin pertama untuk membeli barang terjadi ketika 10.000 BTC digunakan membeli dua pizza. Jika dihitung dengan nilai Bitcoin saat ini, transaksi itu setara triliunan rupiah. Momentum ini menandai awal Bitcoin sebagai alat tukar di dunia nyata.
Bitcoin semakin dikenal publik saat banyak developer, ekonom, hingga pengusaha teknologi mulai membahas potensinya. Kemunculan bursa kripto pertama membuat Bitcoin punya harga pasar yang bisa dipantau secara global.
Seiring waktu, Bitcoin bergeser dari alat pembayaran menuju aset penyimpan nilai. Beberapa negara mulai mengatur, sebagian menolak, namun minat investor terus meningkat karena Bitcoin dianggap tahan sensor dan tidak dikendalikan satu pihak.
Kini, Bitcoin menjadi aset digital terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar mencapai ratusan miliar dolar AS. Perjalanan yang dimulai dari satu whitepaper misterius 16 tahun lalu berubah menjadi revolusi finansial global yang terus berkembang.