Jamkrindo

Bank Indonesia Anggap Deflasi Lima Bulan Beruntun Bukan Pertanda Pelemahan Ekonomi

Oleh Saeful Imam pada 03 Oct 2024, 07:00 WIB

Deflasi terus berlanjut

JAKARTA, COBISNIS.COM - Bank Indonesia (BI) menilai bahwa deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut tidak menandakan adanya pelemahan ekonomi di Indonesia.

Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menyampaikan bahwa meskipun ada deflasi selama periode tersebut, inflasi tahunan pada September 2024 menurun menjadi 1,84 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,12 persen.

Menurut Juda, inflasi September ini masih berada dalam target BI sebesar 2,5 persen dengan deviasi plus-minus 1 persen untuk tahun 2024 dan 2025, yang menunjukkan bahwa perekonomian tetap terkendali.

Dalam keterangannya, BI menjelaskan bahwa tingkat inflasi yang stabil ini merupakan hasil kebijakan moneter yang konsisten serta sinergi antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam mengelola inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), dengan dukungan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah.

Pada September 2024, inflasi inti tercatat sebesar 0,16 persen secara bulanan, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di angka 0,20 persen. Secara tahunan, inflasi inti pada September mencapai 2,09 persen, sedikit meningkat dibandingkan inflasi tahunan bulan sebelumnya yang sebesar 2,02 persen. Peningkatan ini terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas kopi bubuk dan biaya akademi seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru dan peningkatan harga komoditas kopi global.

Kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) pada September 2024 mengalami deflasi sebesar 1,34 persen secara bulanan, lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,24 persen. Penurunan harga ini terutama didorong oleh komoditas cabai merah, cabai rawit, dan telur ayam ras, yang disebabkan oleh peningkatan pasokan selama musim panen hortikultura serta rendahnya harga input produksi untuk telur ayam ras. Secara tahunan, kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 1,43 persen, menurun dari 3,04 persen di bulan sebelumnya.

BI juga melaporkan bahwa kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami deflasi sebesar 0,04 persen secara bulanan, setelah bulan sebelumnya mencatat inflasi sebesar 0,23 persen. Deflasi ini terutama dipengaruhi oleh penurunan harga bensin akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Secara tahunan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 1,40 persen, turun dari 1,68 persen pada bulan sebelumnya.