JAKARTA, Cobisnis.com - Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menanggapi insiden keracunan yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa daerah. Ia berpendapat bahwa kasus keracunan ini terjadi karena para siswa belum terbiasa mengonsumsi makanan tersebut, bukan karena kesalahan dalam proses pengolahan.
"Bukan berarti salah masak kan? Karena memang kitanya belum terbiasa ya," kata Zulhas saat berada di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), di Surabaya. Ia meyakini bahwa proses pengolahan makanan sudah sesuai standar.
Selain itu, Zulhas juga merespons kasus anak yang alergi setelah mengonsumsi susu yang ada dalam menu MBG.
Menurutnya, hal ini menunjukkan perlunya pendataan yang lebih teliti sebelum bantuan diberikan kepada siswa.
"Dulu saya dikasih susu, saya menceret, dulu karena masih kecil, kan ada juga bantuan dulu," jelasnya.
Zulhas lebih lanjut menegaskan bahwa berbagai pihak sudah dilibatkan dalam proses memasak menu MBG. Oleh karena itu, ia meyakini bahwa program tersebut sudah diawasi dengan ketat sebelum diedarkan.
"Ada ahli gizi, melibatkan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), mau melibatkan pemerintah daerah, diawasi dengan ketat," ujarnya. Ia bahkan mempersilakan wartawan untuk melihat langsung proses di dapur.
"Jadi memang betul-betul ketat sekali pengawasannya (proses MBG). Termasuk bahan bakunya dan sebagainya, cara mencucinya, penyajiannya itu ketat sekali," tambahnya.
Seperti diketahui, sejumlah siswa di berbagai daerah mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG, termasuk 188 siswa di SMPN 8 Kota Kupang dan 90 murid dari beberapa SMP di Sleman.
"Bukan berarti salah masak kan? Karena memang kitanya belum terbiasa ya," kata Zulhas saat berada di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), di Surabaya. Ia meyakini bahwa proses pengolahan makanan sudah sesuai standar.
Selain itu, Zulhas juga merespons kasus anak yang alergi setelah mengonsumsi susu yang ada dalam menu MBG.
Menurutnya, hal ini menunjukkan perlunya pendataan yang lebih teliti sebelum bantuan diberikan kepada siswa.
"Dulu saya dikasih susu, saya menceret, dulu karena masih kecil, kan ada juga bantuan dulu," jelasnya.
Zulhas lebih lanjut menegaskan bahwa berbagai pihak sudah dilibatkan dalam proses memasak menu MBG. Oleh karena itu, ia meyakini bahwa program tersebut sudah diawasi dengan ketat sebelum diedarkan.
"Ada ahli gizi, melibatkan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), mau melibatkan pemerintah daerah, diawasi dengan ketat," ujarnya. Ia bahkan mempersilakan wartawan untuk melihat langsung proses di dapur.
"Jadi memang betul-betul ketat sekali pengawasannya (proses MBG). Termasuk bahan bakunya dan sebagainya, cara mencucinya, penyajiannya itu ketat sekali," tambahnya.
Seperti diketahui, sejumlah siswa di berbagai daerah mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG, termasuk 188 siswa di SMPN 8 Kota Kupang dan 90 murid dari beberapa SMP di Sleman.