Jamkrindo

BATA Tutup Pabrik Purwakarta, Rugi Puluhan Miliar Tekan Produksi

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 12 Oct 2025, 20:03 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menghentikan produksi sepatu di pabrik Purwakarta per 30 April 2024. Keputusan ini diambil setelah evaluasi menyeluruh terkait kinerja perusahaan dan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 September 2025.

Manajemen BATA mencatat rugi bersih sebesar Rp40,62 miliar pada paruh pertama 2025. Angka ini menjadi sorotan karena penurunan penjualan mencapai 38,74% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Produksi di pabrik Purwakarta menurun drastis dari 3,5 juta pasang pada 2018 menjadi hanya 1,15 juta pasang pada 2023. Penurunan kapasitas produksi ini menunjukkan hanya 30% dari kapasitas yang tersedia yang termanfaatkan, menimbulkan tantangan ekonomi bagi perusahaan.

Keputusan penghentian produksi menjadi bagian strategi perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pasar dan tren konsumsi yang berubah cepat. Fokus kini bergeser ke bisnis ritel dan distribusi produk melalui kanal lain.

Pabrik Purwakarta sebelumnya menjadi salah satu pilar produksi sepatu dan sandal di Indonesia. Penurunan signifikan ini juga berdampak pada pasar tenaga kerja lokal, meski perusahaan menyatakan tetap berupaya mengoptimalkan karyawan melalui relokasi dan kolaborasi dengan mitra lokal.

Ekonomi industri alas kaki di Indonesia menghadapi tekanan dari penurunan permintaan dan persaingan global. Penutupan BATA ini menandai pergeseran tren industri dari manufaktur lokal menuju fokus pada strategi ritel dan distribusi.

Selain itu, penurunan produksi turut memengaruhi pasokan produk di pasar domestik. BATA akan terus menggandeng pemasok lokal untuk memastikan ketersediaan stok dan menjaga kepuasan konsumen, meski lini produksi berhenti beroperasi.

Rencana jangka panjang perusahaan mencakup efisiensi biaya dan peningkatan kualitas produk. Manajemen menilai bahwa restrukturisasi ini penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis di tengah fluktuasi pasar dan tekanan ekonomi global.

Dampak ekonomi dari penghentian produksi juga terlihat dari tren penjualan industri sepatu secara keseluruhan. Penurunan penjualan BATA dapat membuka peluang bagi produsen lokal lain untuk mengisi pangsa pasar yang ditinggalkan.

Perusahaan menegaskan tetap berkomitmen beroperasi di Indonesia dan fokus pada penguatan kanal ritel, termasuk toko resmi dan distribusi online, sambil menyesuaikan strategi bisnis dengan kebutuhan pasar yang dinamis.